Jumat, 03 Juni 2011

tugas teknologi informasi dan komunikasi

  1. Nama : Dede Hamdan Sugiana (2010 411 050)
  2. Nama : Dian Sisca (2010 411 051)
  3. Nama : Novitasari (2010 411 062)
  4. Nama : Zicky Saputra (2010 411 049)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2011

Sabtu, 14 Mei 2011

HISTOLOGI



Kata Histology berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata Histos yang berarti jaringan dan kata Logia/Logos yang berarti ilmu pengetahuan/ ilmu yang mempelajari. Jadi secara harfiah dapat diartikan bahwa Histology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jaringan.
Dari pengertian tersebut kemudian muncul suatu pertanyaan, yakni apa yang tercakup dalam istilah histology dewasa ini ? Setelah ditelusuri lebih jauh ternyata Anatomi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah Anatomi Makroskopik yang artinya struktur tubuh yang dapat dilihat dengan mata telanjang, kelompok kedua Anatomi Mikroskopik artinya struktur tubuh yang hanya dapat dilihat dengan memakai alat bantu yaitu mikroskop.
Anatomi mikroskopik dikenal dengan istilah Histologi. Materi pembahasan pada anatomi mikroskopik dikelompokkan menjadi tiga. Kelompok pertama adalah Histology (ilmu yang mempelajari tentang jaringan), kelompok kedua adalah Organology (ilmu yang mempelajari tentang organ), dan kelompok ketiga adalah Sitology (ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk sel). Kelompok ketigan ini (sitologi) merupakan cikal bakal perkembangan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan struktur molekuler sel, misal, ilmu Biology Molekuler. Ilmu Biology Molekuler dalam penerapan sering digunakan dalam teknology dibidang kedokteran yaitu Teknik Rekayasa Genetika.
Jadi Histologi tidak hanya mempelajari mengenai jaringan/organ juga mempelajri sel baik itu struktur baupun fungsinya, bahkan mempelajari sampai ketingkan sel/molekuler. Oleh karena itu histology merupakan dasar dari ilmu-ilmu yang lain seperti : Patology, VirologylImunology, Biok.imia, fisiolgy dll.
SITOLOGI
Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya sel dan logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel. Definisi sel adalah sel merupakan unit struktural yang terkecil dari mahluk hidup yang terdiri dari segumpal protoplasma dan inti sel. Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga pada tahun 1930 ditemukan mikroskop elektron. Definisi sel selanjutnya berbunyi “ Sel adalah merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil yang mampu hidup di dalam suatu lingkungan yang mati “.
Tanda-tanda sel itu hidup ada beberapa kriteria antara lain:
1.      Sel dapat bersifat iritabel, artinya sel dapat menujukkan respon terhadap stimuli baik secara kimiawi maupun listrik. Contohnya adalah sel saraf dan sel otot.
2.      Sel dapat bersifat konduktivitas, artinya sel mampu meneruskan rangsangan. Contohnya sel saraf dan sel otot.
3.      Sel dapat bersifat kontraktivitas, artinya sel dapat memendekkan protoplasma ke satu arah (terlihat saat pembelahan sel)
4.      Sel dapat bersifat absorbsi, sifat ini dapat dimiliki oleh semua jenis sel.
5.      Sel mempunyai sifat sekresi, sifat ini paling baik dimuliki oleh sel-sel kelenjar, selain itu juga mempunyai sifat ekskresi. Contoh sel yang kurang/tidak mempunyai sifat ini adalah sel otot dan sel saraf.
6.      Sel mempunyai kemampuan respirasi, artinya sel mempunyai kemampuan menangkap oksigen untuk kebutuhan metabolisme di dalam sel.
7.      Sel mempunyai sifat pertumbuhan dan perbanyakan, perbanyakan sel berarti dapat membelah diri dan selama perkembangannya dapat menjadi banyak bentuk sifat ini disebut multipoten. Contoh sel yang bersifat multipoten adalah sel mesenchym yang pada akhirnya mengalami defrensiasi artinya sel tersebut telah menuju suatu proses spesialisasi dan bertambah besar.
Kegiatan/perubahan-perubahan yang terjadi pada protoplasma/sitosol dapat terlihat secara langsung pada mahluk bersel satu, tapi pada mahluk tingkat tinggi hal tersebut sulit dilihat, hal ini dikarenakan sel tersebut mengalami spesialisasi sel.
Akibat spesialisasi sel maka terjadi antara lain:
1.      Terjadi hubungan yang erat antara bentuk dan fungsinya.
2.      Bagian-bagian tubuh menjadi tergantung satu dengan yang lainnya.
3.      Hilangnya potensi sel, artinya hilangnya kemampuan sel untuk berubah bantuk.
Di alam semesta ini kita mengenal 2 jenis sel bila dilihat struktur selnya (inti sel) yaitu :
1. Sel prokariota, tipe sel ini mempunyai inti tidak sejati atau tidak mempunyai inti. Di dalam inti sel tidak ada/ada bagian-bagian sel yang tidak jelas. Tipe sel ini dapat dijumpai pada sel bakteri atau sel darah merah (erytrocyt). Sel Prokariota mempunyai struktur internal yang sangat sederhana seperti:
       Tidak mempunyai organel yang terbungkus membran.
       Tidak mempunyai inti sel yang terbungkus membran.
       Struktur DNA tidak membentuk komplek dengan Histon
2. Sel Eukariota, sel ini mempunyai inti sel sejati. Contoh sel tanaman, sel mahluk hidup tingkat tinggi. Inti sel eukariota di dalamnya dijumpai:
• Chromatin: merupakan serabut-serabut DNA yang secara erat terikat dengan histon.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkSbVOsfbTY54zw7NaP0bQSwqJ4qiU3MNr4gNaqQjdNG7aVMOTMquzF4fnjGFn_MU776D2rxmu8T0kUGowYor1nZzKe0FLTg0PsAm8NDISFNB7AtyaOBOX7ORW6eGEVJa_762br7PeRNo/s320/Sel+eukaryota.JPG
 Jadi pada hewan tingkat tinggi di dalam tubuhnya terdapat tiga jenis sel yaitu:
1. Sel-sel yang sudah ada sejak lahir. Sel seperti ini sudah mempunyai spesialisasi yang sangat tinggi dan semakin bertambahnya umur maka jumlahnya juga makin berkurang. Jenis sel-sel seperti ini dijumpai pada sel-sel otak, sel-sel ovum.
2. Sel-sel yang dalam perkembangan selanjutnya akan mengalami proses defrensiasi secara bertahap dan kontinyu, namun setelah sel tersebut sudah mencapai umur tertentu maka sel itu akan dilepaskan dari tubuh. Contoh, sel epitel pada saluran cerna, epitel vesica urinaria, sel epitel kulit.
3. Ada juga sel-sel yang sudah mengalami spesialisasi tinggi, tapi dalam keadaan tertentu dapat menjadi muda lagi. Contoh sel-sel pada organ hati, sel-sel organ kelenjar.


MORFOLOGI SEL
Pada mahluk tingkat tinggi terdapat berjuta-juta sel yang berbeda bentuk, ukuran, isi sel, dan afinitasnya terhadap berbagai macam zat warna. Pada sel yang masih hidup aktivitas isi sel (sitoplasma) tidaklah tetap melainkan selalu berubah-ubah sesuai dengan aktivitas sel tersebut,
Ukuran sel tidaklah tetap juga tergantung dari aktivitas sel saat itu, sel yang aktif atau sel yang sedang istirahat (stadium interpase) berbeda ukurannya maupun bentuknya. Namun demikian sudah ada patokan rentang besarang ukurannya, misal: sel eritrosit ( 3 – 20 mikron ), sel leukosit ( 8 – 20 mikron ), sel ovum mamalia ( 100 – 150 mikron ), sel otot polos panjangnya ( 15 – 200 mikron ).
SITOPLASMA
Sitoplasma umumnya terlihat homogen tapi pada beberapa daerah ada terlihat granuler, fibriler atau vakuoler. Sitoplasma sebenarnya mengandung berbagai bangunan kecil yang fungsinya berbeda-beda pula, hal inilah yang menujukkan perbedaan penampilan sitoplasmanya pada saat pengecatan sel. Perbedaan penampilan ini dikarenakan dikarenakan variasi jumlah dan jenis organel yang terkandung di dalam sitoplasma.
Pada sel hidup istilah cytoplasmic matrix juga disebut hyaloplasmic. Hyaloplasma berdasarkan komposisi penyusun dan kepekatan (struktur) yaitu:
1) Ektoplasma : terletak di bagian perifir dari sitoplasma (dekat dengan membran sel), mempunyai konsistensi kekentalan yang sangat pekat berbentuk gel ( jel ). Pada cairan ini tidak dijumpai/bebas dengan adanya organel-organel sel maupun benda-benda inklusi, selain itu cairan ini mempunyai sifat tiksotropi artinya cairan tersebut dapat berubah konsistensinya menjadi lebih pekat daripada gel yang disebut sol. Konsistensi seperti sol ini sifatnya revelsibel. Perubahan tiksotropi ini terjadi apabila sel tersebut terkena pengaruh mekanik dari luar sel. Contoh sel yang mempunyai kemampuan tiksotropi yang tinggi adalah sel amuba, sel-sel yang mempuyai sifat fagositik ( leukosit, makrofag, sel RES, gian cel, plasma sel, dll. ).
2) Endoplasma : letaknya ada di sebelah dalam dari ektoplasma. Cairan ini mempunyai sifat konsistensi lebih cair dibandingkan dengan gel tapi lebih pekat daripada air, selain itu cairan ini tidak mempunyai sifat tiksotropi. Cairan ini mengandung/dijumpai adanya organel-organel sel dan cytoplasmic inclution. Organel-organel ini disebut organoid ( organelles ). Jadi organoid tidak lain adalah merupakan benda-benda kecil yang tetap berada di dalam sel dan terorganisasi yang mempunyai fungsi spesifik untuk proses metabolisme dalam mengatur kelangsungan kehidupan sel.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5aaMw5hbrPZmJ7gq4NKULabbOy3_XifpLE1N4QJ8pf7HHlYkB9sOyU4opzVdJxNv2Rv0EijRs6Jdg0iclU8uzYo8s5-C7tfXh4MJBzHxGs0oPdPSuh8lfIihrmXZEqpcQn0VA3WYhJFo/s320/Endoplasma1.jpg
Pada stadium telopase awal, sentriola sudah berada pada kutub-kutub sel dan selanjutnya diikuti dengan munculnya inti pada sel anakan. Nukleulus muncul kembali dari nukleoler organizer. Sebelum memasuki stadium interfase, kromosom membelah diri dan kembali dari bentuk uliran ke bentuk benang. Kariotek terbentuk kembali dan diikuti dengan terbetuknya membran inti. Selanjutnya diikuti dengan terbentuknya organel-organel sitoplasmik. Pada akhir stadium telofase teleh terbentuk dua anak sel yang membawa materi genetik yang idendik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia_i_Gjt0seMGzYcRStDsEgzmakrP4IOon9OaDR5YDYlimJdZ_YjTmM05ZhvUXIcCFC8xY4eO8Pl2_ZgPCNqVbNg3oOZh8ukfN7428PJF3IjJvnj5KMZfixMmafqIzPc7bAzjm2Kr0pcc/s320/Telofase.JPG
Interfase
Stadium interpase merupakan tahap istirahat, keadaan ini dipergunakan untuk tumbuh dan penambahan sitoplasma dan paraplasma. Waktu yang diperlukan pada stadium ini trgantung jenis. Sel-sel muda diperlukan waktu yang lebih singkat bila dibandingkan sel tua. Jenis sel epitel mempunyai ewaktu yang singkat bila dibandingkan dengan sel saraf.
Sebetulnya pada stadium interfase dikatakan fase insirahat tidaklah tepat, karena pada stadium ini justru terjadi serangkaian perubhan untuk mempersiapkan diri untuk membelah berikutnya. Oleh karena itu pada stadium ini terbagi menjadi 3 fase yaitu:
• Pase G1 : disebut pase presintesis DNA
• Pase S : disebut pase sintesis DNA
• Pase G2 : disebut pase pasca duplikasi DNA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk-IcxokHzAYh62ur3A5kIR5FKtwuV6arv6HPYRQuOGbZY0IkzRPN-A90IIPTZuQhasrd9_FT0ndgm3lRX29CqG5nlt237yLMq9sAKiZGS67O2OwWuCrAQtRRn-Gw_BPLy_yuKOtc7BX0/s320/Interfase.JPG
PEMBELAHAN MEIOSIS
Menurut konsep lama meiosis diartikan sebagai pembelahan reduksi, hal in mungkin disebabkan jumlah kromosom sel anak mengalami pengurangan menjadi setengah jumlah kromosom sel induk. Kini konsep itu telah ditinggalkan. Konsep terbaru menyatakan, bahwa meiosis terjadi proses crossing over kromosom. Pada proses ini kromosom tidak mengalami reduksi baik pada pembelahan pertama maupun pembelahan kedua, tapi yang terjadi sebenarnya adalah berupa distribution of chromosomes. Artinya, pembelahan reduksi tidak tepat, hanya terjadi distribusi/penyebaran dari kromosom..
Pembelahan meiosis meliputi dua tahap antara lain:
Tahap pertama : terjadi distribution and redistribution bagian kromosom.
Tahap kedua : Pada tahap ini sama dengan pembelahan mitosis.
Tahap pembelahan pertama dapat diamati 4 tahap ( sama seperti pembelahan mitosis) hanya pada tahap stadium propase memerlukan waktu yang lebih lama, karena di dalamnya terbagi lagi menjadi 4 substadium yaitu:
1. Stadium Leptoten : pada stadium ini kromosom tampak jelas berbentuk filamen.
2. Sadium Zygoten : pada stadium ini kromosom yang homolog saling berkumpul dan mulai berpasangan.
3. Stadium Pakhiten : kromosom homolog yang berpasangan tersebut menempatkan diri secara longitudinal, sehingga tiap pasangnya disebut: bivalen. Selanjutnya terjadi pembelahan secara longitudinal dan akhirnya terbentuk 4 kromonemata. Selanjutnya terjadi crossing over (pindah silang).Terjadinya pindah silang bagian-bagian kromosom dengan pola tertentu. Artinya terjadi pertukaran gen secara acak sehingga terbentuk 4 anak sel dengan membawa gen yang berbeda satu dengan lainnya.
4. Stadium Diploten : setelah crossing over (pindah silang) selesai, terjadilah proses pemisahan antara kromosom homolog, tapi proses pemindahan kromatid agak mengalami kesulitan karena terjadi proses terminasi. Setelah itu diikuti dengan lenyapnya membran inti.
Setelah itu berakhirlah stadium propase dan selanjutnya diikuti pase selanjutnya ( metapase, anapase, dan telopase)
Tahap pembelahan kedua, menjelang pembelahan kedua terjadi interpase secara singkat. Setelah itu kembali terjadi serangkaian pembelahan seperti pada pembelahan mitosis biasa. Bedanya denga pembelahan pertama terletak pada pembelahan stadium propase, dimana pada pembelahan kedua stadium propase berjalan singkat dan seterusnnya diikuti dengan satium berikutnya. Jadi sel anak yang dihsilkan pada pembelahan meiosis terbentuk 4 sel anak yang haploid dengan membawa kombinasi gen-gen yang berbeda.
Meiosis yang berlangsung pada sel spermatogonia (spermatogenesis) dan sel oogonia (oogenesis) pada prinsipnya adalah sama, hanya saja pembelahan pada spermatogonia menghasilka 4 spermatozoa dengan morfologik identik tapi mempunyai gen-gen yang tidak sama. Sedangkan pada sel oogonia hanya terbentuk satu oocyt (ovom) yang besar (fungsional) tiga lainnya mengalam atrisia karena pembagian sitoplsma yang tidak merata. Pembagian sitoplasma yang tidak merata ini terjadi pada stadium telopase pertama dan stadium telopase kedua.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDp2o7wopJIRf_PKx7bWpdx2j7ubZOTm6NsNRHqRvE65dkGDeCIv1waJEr8GD8w6dAXfWNjU_1gpxPltouufHinzaSfNwaTP0LSoeQuZfpguEV5H3nTD5KAtvPRWVbe734PZaydh7sORU/s320/Meiosis.JPG
Meiosis spermatogonia
JARINGAN
Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan akan bahan-bahan kuliah yang mempelajari struktur jaringan tubuh dalam setiap organ tubuh. Untuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan mendasar tentang jenis-jenis jaringan yang ada dalam tubuh, khususnya jaringan epitel. Dalam jaringan, pada umumnya terdapat 3 komponen dasar yang menyusunnya yaitu
1.            Sel : merupakan komponen yang bersifat hidup dalam jaringan dan merupakan Unit Struktural dan Fungsional yang terkecil dari organisme.
2.            Substansi interseluler : bersifat tidak hidup dan sebagai hasil produksi sel. Sebagai nampak dari peranannya maka substansi ini terdapat diantara sel-sel dalam jaringan. Bentuk fisiknya : dapat sebagai substansi dasar, karena tidak berbentuk dan dalam keadaan setengah padat. Juga dapat sebagai serabut.
3.            Cairan : merupakan komponen yang menonjol dalam plasma darah, cairan limfa cairan jaringan dan sebagainya.
Jaringan epitel, merupakan sistem yang tersusun oleh 2 macam komponen pokok yaitu
1.            Sel yang telah mengalami diferensasi khas.
2.            Substansi interselular yaitu bahan antara sel-sel,yang bersifat khas pula dan merupakan penunjang bagi sel dalam jaringan.
JARINGAN EPITEL
Jaringan ini terdiri dari kumpulan atau deretan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran/ lapisan yang substansi interselulernya sangat sedikit dan tipis atau tidak punya, dan cairannya sangat sedikit. Deretan sel ini melapisi permukaan jaringan atau alat, baik dari luar maupun dalam organ (melapisi rongga alat), tapi juga digunakan untuk kelenjar.
Istilah Epithelium berasal dari kata epi yang berarti di atas dan thele berarti punting (nipple). Istilah persebut untuk pertama kali digunakan terhadap suatu lapisan pada permukaan bibir yang tembus cahaya. Dibawah lapisan tersebut terdapat punting-punting (papilae) jaringan pengikat yang banyak mengandung kapiler darah.
Jaringan epitel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat erat pada jaringan di bawah deretan sel, jaringan ini dinamakan membrana basalis, tempat sel epitel melekat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYavpij1FXgVEx8kJkXxttT4drX3U9dbp-FA9fCXZdvuA7e7VvjWIsPyfAoGQwyx46vT7-hOhnubekL5y2V06sS1pOpmbp0-Q7ply9y-ohurKB1cbaC_fczPjisY7y1GubGwH_b5qoOIo/s320/Gambar1.JPG
 Membrana basalis ini dahulu dianggap sebagai kondensasi substitusi dasar jaringan ikat di bawah epitel yang langsung berhubungan dengan jaringan epitel. Sekarang membrana basalis dianggap sebagai hasil produksi langsung sel epitel. Membrana basalis tidak dapat dilihat dengan mikroskop optik dengan teknik pewarnaan Haematoksilin-Eosin (H.E.), Membrana basalis bersifat permeabel, sehingga zat makanan dari jaringan dibawahnya dapat merespon epitelium melalui membrana ini.
Mikroskop elektron memperlihatkan, bahan membrana basilis tersusun oleh:
1.    Lamina basalis, yang merupakan lapisan di bawah sel epitel setebal 500-800 A terdiri atas filamen tipis dengan diameter 30-40 A Filamen membentuk anyaman dalam substansi dasar membrana basalis dan berhubungan langsung dengan membran dasar sel epitil terdekat.
2.    Lamina fibroretikularis, yang merupakan serabut kecil-kecil sebagai serabut retikuler, di sebelah luar lamina basalis.
3.    Substansi dasar yang mengandung protein polisakarida.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinb3crrgmiBp7vv1N4rLK8Y9KxCZ5AqWtarUbiXtHq0LUt90lihKMyUKR7SZaKFY1AKCHwyk7r5Agj3mufSXOYCuiub1AcQ2NctTgtgmWntzf-AwKtMfewOe0lRGyOvL0OJyAp62yXmt8/s320/Membrana+basalis.JPG
Gambar Membrana Basalis (Mikroskop Elektron) A: Lamina Basalis; B: Lamina fibro retikuler; C: Serabut kolagen; D: Membrana Basalis
Epitel berasal dari lembaran/ lapisan embrio yaitu dari lapisan ektoderm misalnya epitel permukaan kulit tubuh. Dari lapisan entoderm misalnya epitel dinding duodeum. Dari lapisan mesoderm ada 2 yaitu : Endothelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah,jantung dan pembuluh limfe., Mesothelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga menutupi beberapa organ tertentu seperti misalnya melapisi peritoneum, pleura, dan perikardium. Dalam perkembangan, pada suatu tempat epitel dapat melekuk, menjadi batang atau pipa sehingga menjadi epitel kelenjar.
Asal-usul Epitel
Sebagian besar epitel tumbuh dari lapisan ektoderm dan entoderm, walaupun ada sejumlah epitel yang berasal dari mesoderm. Dari lapisan ektoderm misalnya epitel kulit dan derivatnya seperti rambut, bulu, cakar, kuku, tanduk, jengger, gelambir, invaginasi kulit. Dari lapisan endoderm : melapisi bagian dalam tubuh, misalnya epitel dinding duodenum. Pada umumnya mesoderm yang terdapat di antara ektoderm dan entoderm embrio akan menjadi jaringan pengikat atau otot. Sedangkan epitel yang berbentuk membran dan berasal dari mesoderm ada 2 yaitu : endotelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan pembuluh limfe. Mesotelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga menutupi beberapa organ tertentu seperti misalnya melapisi peritonium, pleura dan perikardium. Dalam perkembangan, pada suatu tempat epitel dapat melekuk, menjadi batang atau pipa sehingga menjadi epitel kelenjar.
Dari uraian ini maka jaringan epitel dapat menjadi 2 kelompok yakni :
I. Epitel pelapis yaitu epiteliumsuperfisiale yang bersifat membran atau lembaran/lapisan.
II. Epitel kelenjar yaitu epitelium glandulare.
I. EPITEL PELAPIS :
Epitel ini dapat dikelompokan dan diberi nama berdasarkan patokan tertentu.
1. Berdasarkan bentuk sel epitel:
     Epitelium squamousum dengan epiteliocytus squamous: pipih/gepeng
     Epitelium kuboideum dengan epiteliocytus cuboideus.: kuboid.
     Epitelium kolumnar dengan epiteliocytus columnaris: silindris.
Untuk melihat bentuk sel epitel tersebut tidak cukup melihat dari arah permukaan epitil yang kebanyakan berbentuk poligonal. Namun yang penting bentuk pada potongan tegak lurus permukaannya.
Sel pipih/ gepeng/ squamous:
Karena berbentuk sebagai sisik ikan maka disebut sel squamuos. Dengan demikian ukuran tinggi/tebal  kurang dari ukuran panjang dan lebar selnya. Pada potongan tegak lurus permukaan (melintang), epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti lebih menebal. Sedangkan apabila dilihat dari permukaan epitil tampak sel-selnya berbentuk polygonal.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioo8eSv1AeOupprGEN7r8pZk5Fx9M7adMSbX9B2VvqJVQmGeS5ZY9ZQbruM3IGwqrh2-dXEma9SWfEUN6GZsu3V_GRUI0B0vFGy_RbWNRwJZnpQXeNJ8lWmr2ku75PEClKqtEP_1x7bgU/s320/Epitel+pipih+selapis1.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjZzlITcax8111XW1qVEeVoJkisx7fnmkVnsRSRZYO8q6PyVmIuHq7yvkeEPWGcPqVl_1eMXq4Ys2HbbIWDrCzFglI9O8o-jnySlA6s3hvP0b_yF0ggvD07Ze6kUwUAlXyoFBwBKLV170/s320/Epitel+selapis2.JPG
Gambar Epitel pipih selapis
Sel kuboid:
Mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sekarang nampak sebagai bujur sangkar. Biasanya inti berbentuk bulat terletak ditengah sel. Dari permukaan, epitel bentuk selnya nampak poligonal.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkF5VVsAaaWvwnW0r7zq9ZFjv0rK71qUXBdGxB8apuv-CbQzwmeBXpT_Md3sgx61f2hAeX6FJL_jHK6ileMCn8AzxWyLNlqofpAB0A8QsJMqo7DYCDLBfDd-7yNIIiUL2IViw7xWI045M/s320/Kuboid+selapis.JPG
Gambar epitelium kuboid selapis.
Sel kolumner/silindris:
Mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan epitelnya nampak selnya berbentuk poligonal biasanya inti yang berbentuk oval terletak agak kearah basal.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2KUhveYdUdz2UWmlMJc5lTuihcWRIusGwqwj8S6GyTRtnRGorQEEgrfKAILDqQy0Q4A8miB6tJfCBa_My-JQBvzuFzpLPtMj6y18oyOuoXIUMwOWcd-TcpOlu7IhN-q2ZINS6VUJspWg/s320/silindris+selapis+1.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijKSgbB15MQOKly_Hu6_RAxWhg4k58rcRT3d1ZrzVOA8T3BJ3KtRMsRz6WbpI0wHULdrDS7-4RH-F4Tdh4b3nsf7GUobQaxEYzEXtdLCuluR4kqZ7ehB6d0QUsKBV8-0BWCOBRft1IZWY/s320/Silindris+selapis+2.JPG
Gambar epitel silindris selapis
2. Berdasarkan Jumlah Lapisan Sel Epitel:
     Epitelium simpleks: selapis (seperti contoh gambar di atas)
     Epitelium stratifikatum/kompleks: berlapis-lapis. Berlapis, hanya sel-sel dasar (basal) saja mencapai membrana basalis.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVI6D3rw5MvCyHP5D2ShL0mzAieZBwYvB7Qn6LHrmcfCFkKotFYnyTYnMgprhO096i0OMKUyxefQ2LbdGLVKj_C0rAvKUEvme3RQ7w0pBlEVMDCEbfW1SltWQWcJcLtdqa2x8x4nfeoeU/s320/Tipe+epitelium.JPG
Gambar skematis tipe-tipe epitelium
     Epitelium pseudostratifikatum/pseudokompleks: Semua berlapis. Melihat letak deretan inti sel-sel,seakan-akan epitel ini berlapis,namun sebenarnya tidak berlapis, sebab semua sel bersandar pada membrana basilis : hanya ukuran tinggi sel-sel berbeda-beda.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ7qhloZINMTLjLPrxu_PRNEPL5Vor4bkjGi-2UjloQnXMSxALgQCuaEZZ3OR4F_5eYTdx73Jr5DWoJCyelwHokwj7sdvgMVlewyBEtfayJQUPlEBopH7dsWfCyPyFxvLUHQzxx9OzbMc/s320/pseudokompleks+bersilia.JPG
Gambar Epitel Pseudokompleks bersilia.
     Epitelium transitionale: Epitil peralihan. Jenis epitil ini terutama dimiliki oleh alat berongga yang dapat mekar jika bertambah isi. Oleh karena itu bentuk sel berlapis yang kolumner dapat berubah menjadi kuboid rendah jika alat penuh isi. Ciri khas epitil ini adalah bahwa lapisan permukaan yang membatasi lumen dilengkapi dengan sel-sel khusus,berbentuk bulat,yang akan menjadi sel payung jika alat mengembang. Contoh dijumpai pada ureter dan Vesika urinaria.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQkktfCV6AwCdB6tBGwy6sWKmLq2T9-IbMEghPG_873ogOydyXi7qCFaVV2ib_V5yMPVhdJwq0mjd-VqPVa5BYmXQ8V05QUuEzqCkOXUMrDS_Q8VrvGfmUEhVSp_lSEk5zu9qaR4MIuQg/s320/epitel+transisional.JPG
Gambar epitel transisional
3. Berdasarkan Jumlah dan Bentuk Sel Epitel dikenal:
     Epitelium simpleks squamosum/epitel selapis pipih. Contoh : lapisan luar kapsula glomeruli pada ginjal, labyrinth, endotelium, permukaan dalam menbrana tympani, retetestis, vasa darah dan limfa, duktus alveolaris dan alveoli paru, mesotelium rongga tubuh,pars descendens ansa henle pada ginjal. Seluruh sel yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan tersusun dalam satu lapisan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoTkMn-L6nEB3runn-V7hwe2ooJEAinFY-UkvWbqbMlJWfweI6ThSb1J9Ad4zwdNHhXLRkaSunts15gTLN2x79IwPD0C3fRr2KiQpyWjxb-lbMr39ghtv7boYsPX2f6sLeAqJfmgFWdzY/s320/pipih+selapis.JPG
Gambar epitelium pipih selapis
     Epitelium simpleks kuboideum/epitel kuboid selapis susunannya terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat ditengah. Contoh : pada plexus choroideus di ventriculus otak, folikel glandula thyroidea, epitel germinativum pada permukaan ovarium, epitel pigmentosa retinae, ductus exretorius beberapa kelenjar.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcRA_5js86yc1lS8X8QIagifqfB1gq5m7lHRPuRspBzW33crhoCkoPZwTxR8sisslWblIwbaT3F-2V4nn2xiUG1gZ6lBnPtbvE_Ei_EPDQwIY4YrisJvqmCThB6qJLUng1hWCI2Uai_bA/s320/kubus+selapis.JPG
Gambar epitelium kubus selapis
     Epitelium simpleks columnare/epitel silindris selapis: susunannya terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris dengan inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Contoh : pada permukaan selaput lendir tractus digestivus dari lambung sampai anus, vesica fellea, ductus exretorius beberapa kelenjar. Epitel pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sebagai sekresi,karena diantarannya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir. Bahkan pada beberapa tempat terdapat hampir seluruh epitelnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai piala,sekarang dinamakan sel piala (goblet sel).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBwNHTGaVF5BQkC8TgSd1tekvSboOnYN3lffYteEaJ02FFUNUrqvPjqg8mEqlRpWe38aY7mseMLDHnkQsmroWa1bBVMx5EXe2wJpSC4rQ9SSRnXvGgNacP1cw3ObPb0FMOZNueutK06fA/s320/silindris+selapis+dengan+sel+goblet.JPG
Gambar Epitelium silindris selapis dengan goblet sel
     Epitelium squamosum compleks/epitelium stratificatum squamosum/epitel gepeng berlapis: Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Pada potongan tegak lurus permukaan (melintang) terlihat berbagai bentuk sel yang menyusunnya, walaupun disebut epitel gepeng. Yang berbentuk gepeng hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan permukaan,sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana basalis. Diatas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang makin mendekati permukaan makin memipih.Epitel jenis ini sangat cocok untuk berfungsi proteksi,tetapi sebaliknya kurang cocok untuk fungsi sekresi. Oleh karena itu, apabila pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, bukanlah berasal dari epitil itu sendiri melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat dibawah epitil. Karena berlapis dan tebal,maka kemungkinan timbul gangguan nutrisi. Sekarang epitil jenis ini dibedakan 2 macam yaitu :
        Epitelium stratificatum squamosum noncornificatum/epitel gepeng berlapis tanpa keratin (tanpa penandukan). Epitel ini terdapat pada permukaan basal,misalnya pada covum oris, oesofagus, cornea, conjuntiva, vagina dan urethrae feminina.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTl5Dsv2ICG6_C5j3G3d1BGNLDXJRfDsD-YRNRHSF7WRqc0L9SnpoJPBt1M_oP-51NaNRqgN4SqmBoaBxRBhFxmn2TzT9Ys20tHkAXRZR2IzsDBNsJ1N8hhicEhhmZDCrNAEwEVcar0Nc/s320/pipih+berlapis+tanpa+penandukan.JPG
Gambar epitel pipih berlapis tanpa penandukan
        Epitelium stratificatum squamosum cornificatum/epitel gepeng berlapis berkeratin penandukan). Struktur epitel ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin, kecuali sel-sel permukaannya mengalami perubahan menjadi suatu lapisan yang mati yang tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan tersebut merupakan lapisan keratin. Jenis epitel ini diketemukan pada permukaan epidermis kulit.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiExkqbCCd6T8Ym8a2O2C2m7zyGVm3JVRTKcd68rQiLcK7arLNX3fva4YOXKCI5jbkk5pdtED9nmdQ5n2O-T1Ax-irh9TNhYnlN3eTvOsMW6dlWHRNC0ssu8xOnZT8Yb3TOkr7VtsjwHFk/s320/pipih+berlapis+dengan+penandukan.JPG
Gambar epitel pipih berlapis yang mengalami penandukan
Mempelajari epitel gepeng berlapis dapat dilihat lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit sebagai berikut:
     Stratum basale : merupakan lapisan dasar,sel berbentuk silindris pendek atau kubus. Dalam sitoplasmannya terdapat butir-butir pigmen melanin.
     Stratum spinosum : lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral. Pada pengamatan dengan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan yang disebut desmosome.
     Stratum granulosum : lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat dengan sunmbu panjangnya sejajar permukaan. Didalam sel-selnya terdapat butir-butir keratolin,oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahn faali.
     Stratum lusidum : lapisan ini kadang-kadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yangtelah mati yang mengandung zat yang dinamakan eleidin dalam sitoplasmanya.
     Stratum korneum : merupakan lapisan yang teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, bagian-bagian epidermis dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri yang dinamakan stratum disjunctum.
     Epitelium silindrikum kompleks/epitel silindris berlapis/stratified columnar epithelium. Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membrana basalis. Lapisan sel-sel dibawah sel silindris berbentuk lebih pendek bahkan bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Contoh : pada fornix conjunctiva, urethrae pars kavernosa, peralihan oropharynx ke larynx. Pada permukaan sel dari lapisan teratas dilengkapi dengan silia, misalnya pada facies nasalis falatum molle, larynx dan esofagus dari fetus.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiog7EdT19mZJ1e2dKpYIIHDXJgUs1JeSv4u045F_YRJurhtOBCLm30ccGD1FufRrkRYouLZBSHhdTgVAqn_LDz4sPv2Kw9gPgBwKcZBFoxcqPdQIfnuHXtNCgbW_ri8JX4E1h5ZpTHHG0/s320/silindris+berlapis.JPG
Gambar epitel silindris berlapis (terlihat melapisi dinding lumen)
     Epitelium kuboideum kompleks/epitel kubus berlapis.Merupakan epitil berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid. Contoh : pada dinding antrum folikuli ovarii, duktus exkretorius glandula parotis.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAB9eyIZnGNEkP8x3PH0A0-p8HcyUpPXX0utoqKBfDVb62vIeAOSGndQ2nTLYpGwfPlXBK0XQZ5leH8cgqWy09XkI8CPUpkR_NqFbMDX02NVKpjdQ7L_KzONstFWl_IjAWqmHPylRCpt0/s320/kuboid+berlapis.JPG
Gambar Epitelium kuboid berlapis.
     Epitelium cylindricum pseudocompleks/epitel silindris bertingkat/epitil silindris berlapis semu. Epitil ini sepintas lalu, mirip epitil berlapis, namun apabila diperhatikan secara seksama ternyata tidak berlapis. Epitil jenis ini pun mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi sehingga epitil ini disebut epitil silindris berlapis semu bersilia. Contoh : dijumpai pada trachea, broncus yang besar, ductus deferens.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjryLZEEbL1PsItJwLoEnvLwrpu70W_Z715dxVxmGJzNCH6uB6pYqOlU52zuH81K2VS-Q8jrrHwOfXPP4vr1TyELN20dwUaPy0gsFhdxLa1DDO50otbq1VLRNSauMAGh98aNWa29rqno1s/s320/silindris+berlapis+semu.JPG
Gambar Epitel silindris berlapis semu
EPITEL KHUSUS
1.    Epitel bersilia: ada 2 macam silia yaitu silia bergerak (kinosilia), gerak sendiri contoh pada spermatozoa dan gerak zat lain contoh pada sel respiratorius dan oviduk. Silia tidak bergerak (stereosilia), seperti mikrovili panjang-panjang saling bergandengan melalui anastomosis yang fungsinya memperluas permukaan skretorik. Contoh pada duktus epididimis.
2.    Neuroepitelium: Sel epitel ini mengalami deferensiasi sehingga dapat menghantarkan stimulus, mempunyai rambut seperti silia. Contoh dapat dijumpai pada organ gustus (pengecap), epitel olfaktorius.
3.    Epitel berpigmen: epitel yang berfungsi dalam penangkapan sinar matahari. Contoh pada retina mata.
4.    Myoepitelium: epitel ini mengandung myofibril (serabut otot) sehingga dapat berkontraksi. Terbentuk dari sel mio-epitel, dimana sel ini terdapat antara kutub dasar sel epitel kelenjar dan membrana basalis, berbentuk bintang memeluk sel kelenjar, mengandung filamen kontraktil, sel ini dianggap ikut membantu “memeras” sekret keluar dari kelenjar. Disebut juga sebagai sel keranjang karena sel mioepitel diduga berfungsi membantu mendorong sekrit kelenjar ke dalam ductus excretorius, apalagi terlihat bahwa tonjolan-tonjolan sitoplasmanya yang panjang mengelilingi Pars secretoria membentuk anyaman sebagai keranjang.
5.    Endotelium: Epitel ini mempunyai bentuk pipih selapis, menjadi dinding terdalam dari pembuluh darah dan limfe. Fungsi endotelium sebagai media pertukaran zat antara pembuluh darah dengan ruang jaringan ikat.
6.    Mesotelium: Bentuk epitel ini mirip dengan endotelium, yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga menutupi beberapa organ tertentu misalnya yang melapisi peritoneum, pleura dan pericardium.
7.    Retikuler epitelium: epitel ini membentuk jala / retikuler. Contoh dapat dijumpai pada timus dan organ-organ pembentuk darah.
8.    Synsisium: merupakan epitel dengan batas sel mengabur. Pada pembentukan epitel, batas samping sel-sel dapat mengabur, sukar dilihat, sehingga pada pemeriksaan preparat dengan pengecatan Haematoksilin-Eosin (HE), epitelnya hanya dapat dikenal dengan melihat inti-inti sel yang berderet-deret. Contoh pada vili choriales plasenta.
STRUKTUR KHUSUS PADA PERMUKAAN SEL EPITEL
Pengkhususan struktur pada permukaan sel epitel merupakan modifikasi pada permukaan lateral, bagian basal dan bagian apeks. Terjadinya modifikasi untuk berbagai fungsi seperti mengikat epitelium yang satu dengan yang lainnya, difusi antar sel, untuk penghalang (barier) antar sel, masuknya zat-zat dari lumen yang dibatasi oleh jaringan dibawahnya, untuk komunikasi antar sel, untuk mengisi celah antar sel pada tempat tertentu dan merambatkan listrik.
Modifikasi pada permukaan lateral/ sisi sel epitel.
Merupakan hubungan antar sel-sel epitel yaitu cara perlekatan satu sel dengan tetangga bermacam-macam disebut junctio intercellularis, ada 2 macam yaitu Junctio intercellularis simpleks dan Junctio intercellularis kompleks. Junctio intercellularis simpleks: sederhana, berupa gambaran serupa jari-jari kedua tangan yang saling terjalin disebut junctio intercellularis digitiformis, yang berfungsi memperluas dan memperkuat perlekatan antar sel. Contoh pada epitelium pipih selapis. Sedangkan junctio-intercellularis kompleks merupakan bangunan yang cukup kompleks disebut “Junctional Complex” yaitu: Zonula occludens (Tight Junction), Zonula adhaerens (Intermediate junction), Desmosome (Macula adhaerens), Nexus (Gap junction).
Istilah Macula merupakan daerah kecil berupa bercak sedangkan Zonula dimaksud apabila daerah tersebut melingkari sel sebagai gelang. Istilah Adhaerens dimaksudkan untuk struktur khusus pada membran sel yang berdekatan dengan jarak antara 200 A- 250 A, di dalam celah antara sel tersebut berisi bahan yang diduga berguna untuk melekatkan satu sama lain. Istilah Occludens diterapkan untuk sel-sel yang berhadapan sedemikian dekatnya sehingga masing-masing membran plasmanya berhimpitan langsung tanpa dipisahkan oleh celah. Gap junction merupakan bentuk hubungan antar sel yang dipisahkan oleh celah yang sempit sebesar 20 A.
Zonula occludens/ Tight junction/ Pentalaminar junction:
Terletak pada permukaan epitel, dimana celah antara 2 sel sangat sempit karena membran sel melebur. Mempunyai daya penutup, sehingga bahan ekstrasel tidak mungkin melintas dari bagian permukaan ke bagian dasar epitel. Jadi fungsi Zonula occludens rupanya untuk memisahkan celah ekstraselluler dengan lumen yang dibatasi oleh epitel bersangkutan. Dengan demikian pengangkutan bahan-bahan dari lumen haruslah melalui permukaan bebas sel.
Zonula adhaerens/Intermediate junction:
Letaknya di bawah zonula occludens, dimana ada suatu ruang yang memisahkan membran tersebut sebesar 150 A dan terisi oleh polisakarida yang padat. Fungsinya untuk perlekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel atau jaringan lain (sebagai rangka sel) dan membantu proses pengaliran zat-zat.
Desmosome/ Macula adhaerens.
Letaknya di bawah zonula adhaerens, biasanya berbentuk bulat atau oval. Bentuk hubungan tersebut memberikan kesan bahwa dua sel yang berdekatan tersebut menempel satu sama lain. Di daerah tersebut membrana plasma dari kedua sel berjalan sejajar dengan jarak 200 A – 250 A. Sitoplasma di dekat bangunan tersebut tampak lebih padat elektron, tetapi lebih ke dalam sitoplasmanya kurang padat dengan mengandung filamen. Diungkapkan bahwa filamen tersebut tidak berakhir dalam bagian yang padat elektron melainkan memutar kembali sebagai huruf “U”. Adanya bahan glikoprotein dalam celah ekstraseluler terbukti bahwa di daerah tersebut terwarnai. Di tengah-tengah celah tersebut terdapat lapisan padat elektron yang memisahkan, tetapi belum jelas bahan apa yang menyusunnya. Fungsi desmosome rupanya sebagai tempat penempelan mekanik antar 2 sel yang berdekatan. Sebagai contoh banyak dijumpai pada epitel berlapis yang banyak mengalami tekanan seperti pada epitel dermis dan pada cervix, juga epitel simpleks kolumner.
Nexus/Gap junction/Macula communicans.
Termasuk hubungan interseluler yang mempunyai katagori hubungan komunikasi antar sel. Terdapat sebagai celah antara sel endotel pada dinding kapiler. Sel ini banyak memiliki mikrofilamen kontraktil, sehingga diduga sel sendiri juga kontraktil. Ini berakibat bahwa lebar celah tersebut dapat diatur sesuai dengan keperluan pertukaran zat melalui dinding kapiler. Pada beberapa jaringan, penggandengan sel melalui nexus menunjukkan fungsi yang menonjol. Misalnya penggandengan secara listrik akan mensinkronkan kontraksi otot jantung dan otot polos yang perlu untuk peristaltik.
Modifikasi pada permukaan basal sel epitel.
Membrana basalis: Merupakan kondensasi bahan mukopolisakarida dan protein yang terdapat di bawah permukaan basal semua epitel, walaupun ketebalannya tidak selalu sama. Membrana basalis yang paling tebal terdapat di bawah epitel yang sering mengalami gesekan seperti misalnya epidermis kulit.
Invaginasi basal: Merupakan bagian basal dari membran terlihat sebagai bangunan yang berkelok-kelok. Fungsinya untuk memperluas permukaan sekresi dan absorbsi. Contohnya pada sel-sel tubuli ginjal.
Caveolae: Pada bagian basal dari sel ada bangunan seperti tonjolan ke dalam.
Hemidesmosome: Bangunan yang terdapat di bagian dasar sel epitelyang berdekatan dengan jaringan pengikat di bawahnya, dimana bentuknya menyerupai desmosome tetapi hanya separuh.
Modifikasi pada permukaan apex/ permukaan bebas sel epitel.
Mikrovili:
Merupakan tonjolan sitoplasma berbentuk silindris yang terdapat pada permukaan bebas sel epitel. Tonjolan-tonjolan tersebut dinamakan berbeda-beda. Misalnya yang terdapat pada tubulus kontortus proksimalis, pleksus khoroideus dan plasenta sebagai brush border, karena berbentuk bulu sikat. Sedangkan tonjolan yang terdapat pada epitel usus dinamakan striated border, karena tampak bergaris-garis. Fungsi mikrovili yaitu memperluas permukaan agar dapat meningkatkan daya absorbsi sel-sel epitel usus. Pada permukaan mikrovili usus terdapat enzim yang berguna untuk memecahkan bahan-bahan makanan agar dapat diabsorbsi.
Stereosilia:
Merupakan jenis mikrovili yang berukuran sangat panjang. Jenis mikrovili ini terdapat pada permukaan epitel duktus epididimis dan duktus deferens yang berfungsi mengatur keadaan lingkungan untuk pematangan spermatozoa.
Kinosilia:
Biasanya dinamakan sebagai silia saja, merupakan tonjolan yang berbentuk sebagai bulu halus dan bersifat motil (bergerak). Kemampuan bergerak tersebut disebabkan karena adanya struktur khusus yang berbeda dengan stereosilia. Sebuah silium tertanam dalam suatu bangunan yang dinamakan korpuskulum basale. Apabila dibuat potongan melintang melalui batang di luar sel, di dalamnya terdapat susunan mikrotubuli yaitu sepasang di tengah dan 9 pasang di sekelilingnya. Silia dapat diketemukan pada epitel traktus respiratorius, oviduk dan uterus.
Krusta:
Merupakan pemadatan sitoplasma di dekat permukaan bebas sel epitel misalnya pada epitel transisional dengan maksud melindungi sel terhadap pengaruh kimiawi di luarnya.
Kuticula:
Merupakan bahan yang disekresikan oleh sel epitel yang kemudian diletakkan sebagai kerak di luar sel epitel. Ini dapat ditemukan sebagai kapsula lentis.
II. EPITEL KELENJAR/ EPITHELIUM GLANDULARE
Sel epitel yang mampu mengeluarkan sekret disebut sel kelenjar atau epitheliocytus secretorius atau glandulocytus. Jika sel-sel ini membentuk epitel maka terjadilah epithelium glandulare. Epitel ini bersama dengan jaringan lain dapat membentuk kelenjar atau glandula.
KLASIFIKASI KELENJAR
Berdasarkan pemanfaatan hasil kelenjarnya secara garis besar dibedakan menjadi kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Krin berasal dari kata krinos yang berarti memisahkan atau menghasilkan. Kelenjar eksokrin dimaksudkan untuk kelenjar-kelenjar yang biasanya mempunyai saluran keluar untuk mengangkut hasil kelenjarnya yang selanjutnya bermuara pada permukaan dalam dan luar tubuh. Apabila hasilnya diangkut oleh pembuluh darah atau pembuluh limfa, maka kelenjar demikian dimasukkan kedalam kelenjar endokrin atau kelenjar hormon. Karena kelenjar hormon tidak memiliki saluran keluar kadang-kadang dinamakan juga sebagai kelenjar buntu dan hasilnya dinamakan hormon. Namun bagi beberapa kelenjar endokrin yang tidak mempunyai saluran keluar tidak dapat dimasukkan sebagai kelenjar hormon.
Kedua jenis kelenjar yang disebutkan diatas kesemuanya berasal dari membran epitel yang menutupi permukaan,yang pada suatu saat tumbuh masuk ke dalam jaringan pengikat dibawahnya. Kelompok sel-sel epitel yang mengadakan invasi tersebut selanjutnya memperbanyak diri dan berdiferensasi untuk membentuk kelenjar. Biasanya dalam pembentukan kelenjar eksokrin masih tetap dipertahankan hubungannya dengan epitel permukaannya, sedang untuk kelenjar endokrin sudah tidak lagi berhubungan.
Kelenjar eksokrin : kelenjar ini melepaskan sekret melalui saluran kelenjar (duktus ekskretorius), misalnya kelenjar ludah atau langsung dalam rongga alat berdekatan, misalnya pada kelenjar dinding usus. Sel penghasil sekret dinamakan eksokrinosit.
Kelenjar endokrin: kelenjar ini melepaskan sekret langsung ke dalam pembuluh darah atau limfe, dan diangkut ke alat atau jaringan sasaran. Contoh pada kelenjar thyroidea, kelenjar suprarenalis. Sel penghasil sekret atau hormon dinamakan endokrinosit.
Berdasarkan jumlah sel, kelenjar digolongkan menjadi
Kelenjar uniseluler: Kelenjar ini hanya tersusun oleh 1 sel. Kelenjar jenis ini tidak mempunyai saluran keluar, karena biasanya terdapat pada epitel permukaan, misalnya pada epitel usus sebagai sel piala atau sel cangkir atau “goblet cell”.
Kelenjar multiseluler: Terdiri atas banyak sel, umumnya membentuk kelenjar.
Berdasarkan letak kelenjarnya terhadap epitel permukaan, maka jenis kelenjar ini dibedakan menjadi:
Kelenjar intraepitelial, yaitu membentuk kelompok sel kelenjar pada epitel permukaan tanpa saluran kelenjar (lihat gambar). Kelenjar jenis ini dapat dijumpai pada epitel mukosa lambung dan rongga hidung.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjszPQnPst9w5iqhVLaQtVcUjlul9NWO3Jy_tGgEQM4a0srlMNaKZq-cyR8_TJR_4QmdU6TtF2JfRrY1fbXSfDu5F5uBmg9zr-wKUTFmFrnJsKrVNT04lwEko3K2TFHOLVvu7LaSxelkAs/s320/kelenjar+epithelial.JPG
 Kelenjar ekstraepitelial; jenis kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat dalam jaringan pengikat. Pada kelenjar jenis ini, dapat dibedakan 2 bagian yaitu: Pars secretoria adalah bagian yang menghasilkan sekrit dan Duktus ekskretorius adalah saluran yang menampung sekrit dari pars sekretoria.
Berdasarkan bentuk Pars sekretorianya, dapat dibedakan menjadi: Kelenjar tubuler, yang berbentuk pipa., Kelenjar alveoler yang berbentuk sebagai labu., dan Kelenjar asiner yang bentuknya mirip kelenjar alveoler tetapi lebih bulat. Kelenjar tubuler masih dibedakan menjadi : tubuler lurus, tubuler bergelung dan tubuler bercabang.
Berdasarkan jumlah lapisan sel epitel Pars sekretorianya, dibedakan menjadi:
Kelenjar monotyche, yang terdiri atas 1 lapis sel (misalnya pada kelenjar keringat) dan Kelenjar polyotyche, yang terdiri atas beberapa lapis sel (misalnya kelenjar sebasea).
Berdasarkan bentuk duktus excretoriusnya, dapat dibedakan: Kelenjar sederhana, karena duktus ekskretoriusnya tidak bercabang dan Kelenjar kompleks, karena duktus ekskretoriusnya bercabang-cabang. Dengan memperhatikan bentuk Pars sekretoria dan duktus exkretorius , dalam tubuh dikenal berbagai jenis kelenjar yaitu:
1. Kelenjar tubuler sederhana (Simple tubular gland):
a. Kelenjar tubuler lurus (misal: kelenjar usus besar)
b. Kelenjar tubuler bergelung (misal: kelenjar sudorifera)
c. Kelenjar tubuler bercabang (misal: kelenjar uterina)
2. Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveolar gland): kelenjar ini terdapat selalu bercabang (misal: kelenjar sub-mandibularis, kelenjar duodenalis brunneri).
3. Kelenjar alveoler sederhana (simple alveolar gland): contohnya pada kelenjar sebasea yang terdapat pada kulit dan kelenjar meibomi pada kelopak mata.
4. Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland) : Kelenjar ini mempunyai pars skretoria yang berbentuk tubuler dengan saluran keluarnya yang bercabang yang akhirnya bermuara dalam satu saluran utama. Contoh pada testis.
5. Kelenjar tubulo-alveoler kompleks (Compound tubulo-alveolar gland): Kelenjar ini mempunyai pars sekretoria berbentuk alveoler dan beberapa saluran keluar yang bermuara dalam saluran keluar utama. Contoh pada kelenjar parotis, kelenjar submandibularis.
Berdasarkan cara pembentukan dan pelepasan sekret dikenal:
Kelenjar Merokrin: Isi lain sel kelenjar tidak diikutsertakan dalam sekret, sehingga sel sama sekali tidak rusak.Contoh pada Pars exocrin Pancreatis, kelenjar sudorifera.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_pu09tb3Un9aIu_GXjLmK5vv5pfoDKeqx3_8uItf7dX5-U8LZNf0thfkKGokKpwhB4wBBQIm7jFSCfK1vt69jG_DjQer-bRKqzDa19f_3x8E3croY13yN8AOJdRB3aq6c1lvz7Ncx9TE/s320/kelenjar+holokin.JPG
 Kelenjar Holokrin: Semua isi sel diikutsertakan dalam sekret. Contoh pada kelenjar sebasea (kelenjar minyak), Sel-sel gamet jantan dan betina.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivjdeZYs800lzx0nCYdjiicKM5R8d0NPj0A-ucqcPYS9nMUhz7G8bPtwtJ46vZ-7uDCoMtF4eVX-j8V2ifs0ZtaztvGwQTnipU9K4w0zDkqrP6BIcA-mHaadeYOv9CnNFRL0YeHRFmmw4/s320/kelenjar+sebasea.JPG
Kelenjar Apokrin: Pada sekret diikutsertakan isi bagian puncak sel, yang menjadi rusak. Contoh pada kelenjar axillaris, kelenjar sirkumanale.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFay3xg-LzP7WiMEE4tps9kzy1Jv59OnbHuHk0uJnZ3GK78Sh1UNvdaL1LWZR4g-CpQLUM2wUJV9YOBRs9Ku14-RXKYAyl2BBPFsbyCwhrgeXsObBYRL5XIVGvZqfitltqEEPSTuNZvFE/s320/kelenjar+apokrin.JPG

Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi:
Kelenjar Sitogen yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya. Contoh pada testis dan ovarium.
Kelenjar Nonsitogen, yaitu kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-sel. Dari jenis kelenjar ini , dibedakan menjadi: Kelenjar Mukosa, kelenjar Serosa dan kelenjar Seromukosa (campuran).
Kelenjar Mukosa.
Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel kelenjarnya piramidal dengan bagian puncahnya berisi tetes-tetes bahan musinogen atau premusin sebagai bahan pembentuk lendir. Inti sel berbentuk gepeng terdesak di daerah basal. Apabila premusin telah dilepaskan oleh sel kelenjar, maka bahan tersebut berubah menjadi mukus lendir. Diantara kelenjar-kelenjar yang termasuk jenis ini , ada yang berbentuk uniseluler yaitu sel Piala.
Kelenjar Serosa:
Kelenjar ini menghasilkan sekretnya yang encer jernih yang berbentuk sebagai albumin, kadang-kadang mengandung enzim. Sel-sel Serosa juga berbentuk piramidal dengan inti berbentuk bulat yang terletak agak di tengah. Butir-butir sekretoris bersifat asidofil. Di bagian basal sel terdapat granular endoplasmis reticulum sehingga pada pengamatan dengan mikroskop cahaya, tampak gambaran yang bergaris-garis. Contoh pada kelenjar pankreas, kelenjar parotis.
Kelenjar Campuran:
Kelenjar yang merupakan campuran dari sel-sel kelenjar Mukosa dan Serosa. Kadang-kadang sel-sel mukosa terdesak oleh sel serosa sehingga membentuk gambaran sebagai bulan sabit yang dinamakan Demiluna Gianuzzi. Contoh pada kelenjar Submandibularis, kelenjar sublingualis.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdb3HFxR15ItflYNmRuVagJoNngXLp_2x9Y1lejyef3kphCurQFCMOWiOPf1OVNzIhwVBahouaLzucE5Tmx5RCrq2BEe9YTMYwgYFtEfVd2RbJByLBJL69JVeC-1mdX6gljvAMRH17tCY/s320/kelenjar+campuran.JPG
Gambar : (A) Kelenjar Serosa ; (B) Kelenjar Mukosa;(C) Kelenjar Seromukosa (campuran);(D) Kelenjar Demiluna.
Fungsi Jaringan epitel:
1. Sebagai penutup dan perlindungan (proteksi), karena epitel melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.
2. Sebagai alat absorbsi, misalnya epitel membatasi permukaan dalam usus selain berfungsi perlindungan juga berperan dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan yang bekerja secara selektif.
3. Sebagai lubrikasi, sebagian besar saluran-saluran dalam tubuh permukaannya harus tetap basah, sehingga epitel yang menutupi harus mampu menghasilkan cairan tertentu, misalnya epitel yang melapisi vagina yang tidak memiliki kelenjar.
4. Sebagai alat sekresi, dalam hal ini epitel tersebut bertindak sebagai kelenjar.
5. Sebagai alat indera, misalnya epitelium sensorium.
DAFTAR PUSTAKA
Bloom W., and W. Fawcett, 1976. Tex Book of Histology ed. B. Saunders Company Philadelphia London.
Dellmann H.D and E.M Brown, 1976. Tex Book of Histology. Lea and Febiger Phladelphia.
Mariono SH di Fiore, 1981. Atlas of Human Histology. Lea and Febiger, Philadelphia.
Subowo, 1992. Histologi Umum . Pusat Antar Universitas-Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung.
JARINGAN IKAT
Jaringan ikat memiliki variasi yang sangat luas berdasarkan morfologi, letak geografis dan strukturnya. Fungsi utama adalah sebagai penghubung jaringan. Secara embriologis, jaringan ikat berasal dari mesoderm. Dari lapis mesoderm ini, sel multipoten pada embryo atau dikenal dengan sebutan mesenkim berkembang menjadi jaringan penyambung, jaringan ikat, tulang, dan darah.
Komponen jaringan ikat terdiri atas sel dan matriks ekstra seluler. Ekstra seluler tersebut teridi atas substansi dasar dan serabut jaringan ikat. Sel jaringan ikat merupakan komponen penting pada beberapa jenis jaringan ikat, sedangkan serabut jaringan ikat juga merupakan komponen penting pada tipe jaringan ikat yang lainnya. Walaupun demikian, ketiga komponen jaringan ikat memegang peran penting di dalam jaringan ikat.
Fungsi Jaringan Ikat
Jaringan ikat mempunyai banyak fungsi, namun yang paling utama adalah sebagai penunjang dan pengikat, media untuk pertukaran, pertahanan tubuh, dan penyimpan lemak. Fungsi sebagai penunjang karena jaringan ikat dapat membentuk kapsula yang membungkus organ yang sekaligus menunjang fungsi organ tersebut. Jaringan ikat juga berperan sebagai media pertukaran hasil metabolik dalam jaringan dan zat nutrisi serta oksigen di dalam darah dan pada beberapa sel dalam tubuh. Fungsi pertahanan dan proteksi diperan kan oleh beberapa sel jaringan ikat seperti sel fagositik, sel immunokompeten, dan sel penghasil substansi khusus dalam tubuh.
Pada setiap jaringan ikat terdapat 3 unsur utama, yaitu
1. Sel jaringan ikat
2. Substansi dasar
3. Serabut jaringan ikat
Sel Jaringan Ikat
Pemerian sel jaringan ikat didasarkan atas penampilannya dalam jaringan ikat. Sel jaringan ikat dibagi dalam dua kategori yaitu sel yang tetap (fixed cells) dan sel kelana (transien cells atau wandering cells). Sel tetap merupakan sel yang tetap berada di tempat. Sel tetap sifatnya stabil dan berumur panjang. Yang termasuk ke dalam sel tetap adalah : Fibroblas, Perisit, sel lemak, sel mast, dan makrofag. Sedangkan sel kelana adalah sel yang berasal dari sumsum talang dan ikut sirkulasi aliran darah. Sifat sel kelana adalah berumur pendek. Sel kelana akan migrasi ke jaringan ikat karena adanya rangsangan. Yang termasuk ke dalam sel kelana adalah Sel plasma, mackrofag, limfosit, neutrofil, eosinofil, basofil, dan monosit.



Jenis-jenis sel tetap :
1. Fibroblas :
Salah satu jenis sel yang paling banyak terdapat pada jaringan ikat longgar. Diperkirakan berperan sebagai sel penghasil serabut dan substansi dasar. Fibroblas merupakan sel besar, bercabang-cabang yang dari samping berbentuk seperti gelendong. Cabang-cabangnya langsing. Inti lonjong atau memanjang dan kromatin halus. Pada sedian histologi, gambaran sel tidak begitu jelas dan ciri inti digunakan sebagai pedoman untuk menentukannya.
Fibroblas muda, secara aktif mengahsilkan protein, sitoplasma bersifat basofilik. Pada Fibroblas tua, dan relatif yang kurang aktif sitoplasmanya jarang, dan hanya basofilik lemah. Fibroblas tua atau yang kurang aktif kadang-kadang disebut fibrosit. Fibroblas diperkirakan sebagai sel tetap pada jaringan ikat, tetapi mereka tetap bisa tumbuh dan bergenerasi.
2. Perisit
Merupakan sel yang berasal dari sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi. Perisit adalah sel perikapiler dengan posisi tetap pada sel endothel kapiler darah dan vena kecil. Sel ini berbentuk memanjang dan dikelilingi oleh lamina basalis yang terus berhubungan dengan membran basalis kapiler. Perisit mempunyai kompleks Golgi, mitokondria, mikrotubulus dan filamen. Perisit mempunyai karakteristik seperti sel endothel dan sel otot polos yaitu mengandung aktin, myosin dan tropomyosin. Karena itu, fungsi perisit dihubungkan dengan proses kontraksi yang mengatur aliran darah pada kapiler. Pada kejadian tertentu sperti terjadinya perlukaan, perisit kemungkinan dapat berubah menjadi sel otot polos dan sel endotjel pada kapiler darah.
3. Sel Lemak
Sel lemak sering disebut adiposit, dan berasal dari sel mesenkim yang tidak mengalami diferensiasi. Fungsi sel lemak adalah untuk mensintesis dan menyimpan triglyserida. Ada dua jenis sel lemak yakni sel unilokular yaitu mengandung satu unit sel lemak dan ukurannya besar dan membentuk jaringan lemak putih. Sedangkan sel lemak yang dibentuk oleh banyak unit lemak namun ukurannya kecil disebut multilokular dan membentuk jaringan lemak coklat. Penyebaran lemak putih lebih banyak dibanding dengan lemak coklat. Sel lemak putih berbentuk bulat atau polihedral dengan diameter 120 ųm. Sel lemak coklat berbentuk poligonal.
4. Sel Mast
Sel Mast tersebar luas pada jaringan ikat, tetapi cenderung mengelompok kecil-kecil pada pembuluh darah. Mudah dikenal karena terdapat granula pada sitoplasmanya. Bentuk sel lonjong, tidak beraturan dan kadang-kadang memiliki kaki semu pendek. Inti sel kecil dan tidak mencolok. Sel Mast menghasilkan antikoagulan yaitu heparin, histamin yang mengakibatkan vasodilatasi, dan serotonin yang berperan sebagai vasokonstriktor. Selain itu, sel Mast melepaskan mediator seperti faktor anafilaktif dan pengaktif trombosit.
5. Makrofag :
Sering disebut histiosit. Populasi sel ini hampir sama dengan fibroblas. Makrofag kebanyakan ditemukan pada daerah yang kaya pembuluh darah. Bentuk sel tidak beraturan dan cabang-cabangnya pendek. Bila dirangsang, dapat melakukan gerakan amuboid dengan kaki-kaki palsu terjulur ke segala arah. Merupakan tipe sel pengembara. Inti berbentuk lonjong , kadang-kadang berlekuk, lebih kecil dari inti fibroblas.Sitoplasma berwarna gelap. Sel ini mempunyai kemampuan menelan. Makrofag berperan untuk pertahanan tubuh karena dapat bergerak dan berdaya fagositosis. Juga berperan dalam reaksi imunologis. Makrofag menghasilkan sejumlah substansi penting seperti, lisozim, elastase, kolagenase, dan interferon.
Jenis Sel Pengembara
1. Sel Plasma
Sel ini mirip limfosit. Sitoplasmanya lebih banyak dan bersifat basofilik dengan inti terletak eksentris. Ukuran sel ini besar dengan diameter 20 µm. Kromatin inti menggumpal di tepi dan tersusun menyerupai ruji roda pedati. Sel ini sering terdapat pada membran serosa dan jaringan limfoid dan banyak pada tempat radang. Sel Plasma merupakan deferensiasi khusus dari limfosit. Sel ini menghasilkan antibodi.
2. Limfosit.
Umumnya, sel darah putih ini bersirkulasi pada aliran darah. Akan tetapi sering migrasi melawati kapiler darah menuju ke jaringan ikat khususnya pada saat terjadinya peradangan.
3. Neutrofil
Sel yang berperan di dalam fagositosis dan penghancur bakteri pada daerah radang. Hasil dari proses ini akan terbentuk nanah, yaitu pengumpulan jaringan yang telah mati.
4. Eosinofil
Eosinofil bersama dengan neutrofil juga berperan pada peradangan terutama pada kejadian terinfestasi cacing serta pada kejadian reaksi alergi
Sel Pigmen : sel – sel yang mengandung pigmen jarang ditemukan pada jaringan ikat longgar, namun biasa dijumpai pada jaringan ikat padat. Beberapa dari sel pigmen tersebut adalah Melanosit. Berperan dalam mengahasilkan melanin, yaitu penyerap sinar cahaya.
Substansi Dasar
Substansi dasar ini membentuk matriks. Substansi intersel memberi kekuatan dan penyokong bagi jaringan dan berfungsi sebagai medium untuk perembesan cairan jaringan.
Substansi intersel amorf berbentuk gel kaku dan berperan membantu untuk memberikan kekuatan dan sokongan pada jaringan dan media untuk difusi nutrisi. Bahan amorf terdiri atas glikosaminoglikans (polisakarida yang mengandung gula amino) dan glikoprotein. Glikosaminoglikans yang banyak pada jaringan ikat adalah: asam hialuronat, kondroitin sulfat, dermatan sulfat, keratan sulfat, heparan sulfat. Sedangkan, proteoglikan pada jaringan ikat adalah : fibronektin, laminin, dan kondronektin.
Serabut Jaringan Ikat
Dalam jaringan ikat terdapat 3 jenis serabut, yakni serabut kolagen, serabut elastin, dan serabut retikuler. Ketiga jenis serabut ini dibedakan berdasarkan penampilan dan sifat kimianya. Semua serabut merupakan protein.
1. Serabut Kolagen,
Terdapat pada semua jenis jaringan ikat. Terdiri atas protein kolagen. Pada keadaan segar berwarna putih. Diameternya berkisar antara 1-12 mikron. Beberapa serabut bergabung menjadi berkas serabut yang lebih besar. Dalam keadaan segar bersifat lunak, dan sangat kuat. Susunan serabut kolagen bergelombang, karenannya bersifat lentur.
Benang serabut kolagen yang paling halus yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya adalah fibril dengan tebal kurang lebih 0,3 sampai 0,5 µm. Selanjutnya fibril ini disusun oleh satuan serabut yang lebih kecil yang disebut miofibril dengan diameter 45 sampai 100nm. Miofibril ini hanya terlihat dengan mikroskop elekron dan tampak mempunyai garis melintang khas dengan periodisitas 67 nm.
Serabut kolagen memiliki daya tahan tarik tinggi. Serabut kolagen dijumpai pada tendon, ligamen, kapsula, dll. Serabut ini bening dan terlihat garis memanjang. Bila kolagen direbus akan menghasilkan gelatin. Serabut kolagen dapat dicerna oleh pepsin dan enzim kolagenase. Paling tidak telah dikenal 2 jenis serabut kolagen dengan variasi pada urutan asam amino dari rantai α (alfa). Dari 20 jenis tersebut, ada 6 tipe kolagen yang yang paling utama dan secara genetik berbeda. Keenam tipe kolagen tersebut adalah :
1. Tipe I : tipe kolegen yang paling banyak ditemukan. Terdapat pada jaringan ikat dewasa, tulang, gigi dan sementum
2. Tipe II : kolagen tipe ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan unsur utama penyusun matriks tulang rawan. Kolagen ini ditemukan pada kartilago hyalin dan elastik
3. Tipe III : Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan beberapa jenis jaringan ikat. Pada keadaan dewasa kolagen ini terdapat pada jaringan retikuler
4. Tipe IV : terdapat pada lamina densa pada lamina basalis dan diperkirakan merupakan hasil sel-sel yang langsung berhubungan engan lamina tersebut
5. Tipe V : terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen tipe I
6. Tipe VI : terdapat pada basal lamina
2. Serabut Elastin
Serabut elastin terlihat sebagai pita pipih atau benang silindris panjang dan sangat elastis. Daya elastisitas ini disebabkan karena serabut elastin mengandung protein elastin. Elastin merupakan material amorf yang kandungan utamanya adalah asam amino glysin dan prolin. Serat elastin tidak terpengaruh oleh air panas atau dingin atau larutan asam dan alkali. Tertapi dapat dicerna secara enzymatik oleh enzym elastase pankreas. Ukurannya antara 1-4 mikrometer. Lazimnya bercabang dan membentuk jalinan. Dalam keadaan segar, serabut elastin berwarna kekuning-kuningan. Dengan pengecatan HE serabut elastin berwarna merah jambu. Terdapat pada organ yang memerlukan daya elastisitas ,yaitu daun telinga, pita suara, trakea, ligamentum nukhe, kulit dan pembuluh arteri.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieLVBvcMEX5jEVWhWFmtzLJmtUMy2lmPwN_cA1OeUBvoMAlDVdoDUwi-6pbCRIZkCmwx3kLyq5g7GcZEMo1ifC6xcvGek1twyJE3XG06lGhm9RFz39YoR5p9bAlVXY4XIkLXmQZFUBye8/s320/serabut+elastin.jpg
Gambar : Serabut Elastin
3. Serabut Retikuler
Serat retikuler adalah serat kolagen yang sangat halus tersusun membentuk suatu kerangkan penyokong seperti jala atau retikulum. Serabut retikuler terdiri atas fibril kolagen (kolagen tipe III) yang dibalut oleh proteoglikan dan glikoprotein. Akan tampak bila dicat dengan garam perak. Bentuknya lembut dan membentuk jalinan. Ditemukan pada kapiler, serabut otot, serabut saraf, jaringan lemak dan hepatosit.
Kategori Jaringan Ikat :
Sifat jaringan ikat sangat bervariasi. Penampilannya tergantung pada proporsi relatif san susunan unsur sel, substansi, dan serabut jaringan ikat. Berdasarkan perkembangannya, sel, serabut dan matrik, jaringan ikat dibagi menjadi Jaringan ikat Embrional dan Jaringan ikat Dewasa.

JARINGAN IKAT EMBRIONIK
1. Mesenkim
Hanya ditemukan pada jaringan embryo dan terdiri dari sel mesenkim, memiliki penjuluran panjang saling berhubungan membentuk jalinan tiga dimensi. Matriks jaringan ikat cukup banyak dan pada tahap-tahap awalnya adalah cairan yang dapat mengental tetapi kemudian mengandung serabut-serabut halus. Sel mesenkim mempunyai inti lonjong. Sel mesenkim dapat menumbuhkan organ tubuh.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5n-sJcEnBDLWqha7ig4A_HcEHbPzhEzrCZBxkz34_VanLkZ8YcsKnEEe2VxyldPPSRPZwKQOWlPeM4kbZ3BXwm-_dDX2wYV-9yE2JiQFiDHO6bwVkr2gFXsyvBoaLuSDc5w73Edo9NDM/s320/Jar+Ikat+mesenkim.jpg
Gambar Jaringan Ikat Mesenkim
2. Jaringan Ikat Mukosa
Selnya membentuk jalinan, matriknya diisi oleh massa gel terutama mengandung asam hyaluronat. Jaringan ikat ini telah mengandung serabut kolagen terutama tipe I dan III serta fibroblast. Jaringan ikat ini dikenal juga dengan nama Wharton’s jelly. Terdapat pada hipodermis embrio dan tali pusar. Pada dewasa terdapat pada lipatan omasum dan glans penis.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPTEt9a8yYfFkX6JNkN7LLBUiwI5NyrDou2WLYORBDJiTP3jQL1aaXGAfxCv-2ECcebTCqdCYjamjpZ6f7sNEj8NW3790brpV1p8bMNl3U75z07fCSD4lRE3bVHeTNJbeLCROaQ86Kn2g/s320/Jar+ikat+mukosa.JPG
Gambar : Jaringan Ikat Mukosa
JARINGAN IKAT DEWASA
Memiliki sel, serabut dan matrik. Serabut pada jaringan ikat dewasa berbeda dalam jenis, kuantitas dan ukurannya.
1. Jaringan Ikat Longgar.
Jaringan ikat longgar dikenal juga dengan nama Jaringan Ikat Areolar. Jenis jaringan ikat ini banyak ditemukan pada hewan dewasa. Jaringan ikat ini menciri dengan banyak ditemukan adanya substansi dasar dan cairan jaringan. Jaringan ikat ini juga banyak mengandung sel dan serabutnya longgar. Serabutnya adalah kolagen, elastis dan retikuler. Jumlah serabutnya tergantung orientasi, susunan dan kuantitasnya. Jaringan ikat longgar banyak mengandung sel pengembara seperti makrofag, sel mast dan sel yang tidak berdeferensiasi. Jaringan ini banyak dijumpai pada pembuluh darah, saraf, diantara berkas otot, di bawah epitel. Fungsi jaringan ini sebagai pengisi, penunjang dan bantalan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoDJIBxyhC94cGj6Sss0_og5wgc5Q1f4MF7jH8UkTAHtjauvS6iCj4kZs9xlddM1dlnsdJSJk6jc_bDCpyxkLT4Q_JQyU-w2dzgSWJrPXJKDB3vkRdLc3qrEZTbQg00k8loI3AEitmFF4/s320/Jar+ikat+longgar.JPG
Gambar : Jaringan Ikat Longgar

2. Jaringan Ikat Padat
Jumlah serabut lebih banyak dari sel dan matrik. Jaringan ikat padat dibagi menjadi 2, yaitu Jaringan Ikat Padat teratur dan Tidak teratur.
Jaringan Ikat Padat Teratur, mengandung terutama serabut kolagen. Serabut kolagen paling banyak dan tersusun saling menyilang. Populasi sel yang utama adalah fibroblast. Banyak dijumpai pada organ seperti : kapsula paru-paru, kapsula hati, ginjal, limpa, testis, fasia, aponeurosa, perikardium dan dermis.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmfFeR_6_gNpfKynvIGB_z5kx_eRO13V7Ji_gXuF79fVl1ZEPJskPvSLIXXYepUfgM0zDx-ns3GiZ_rVbOhkBojnbxIT995HMK_er9Cv9pcMCSi0SeG9DnCRI3ojawOeqE2zsDfR7g9iY/s320/Jar+ikat+tidak+teratur.JPG
Gambar : Jaringan Ikat Tidak Teratur
Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur, terdapat dua bentuk tergatung macam serabutnya. Pada tendon dan ligamen mayoritas kolagen sedangkan pada ligamentum nukhe serabut elatis yang utama.
3. Jaringan Retikuler
Terdiri dari sel retikuler dan serabut kolagen tipe III, yang saling berhubungan membentuk jalinan tiga dimensi. Terdapat pada jaringan limfoid dan mieloid.
4. Jaringan Lemak,
Merupakan bentuk jaringan khusus dimana selnya mampu menimbun lemak. Ada dua macam yaitu lemak coklat dan lemak putih.
Jaringan lemak putih terbagi atas septa berbentuk jaringan ikat longgar menjadi kelompok sel lemak disebut lobulus. Tiap sel dikelilingi oleh serabut kolagen dan retikuler. Diameter sel lemak 200 µm dan mengandung satu unit lemak. Sitoplasma tipis dan inti pipih.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP2BjvRO6hAIs6VXQCsvVV9RA5BaIKNGk-vfpXoUd0v2pGxcwYF3lq8uZRy6ijsh9AgRO6UY1-kdjLQKWdsr8vCKYAeokHsWhAZA2bNpn8lv730_dmH6A5krUXxTip0sBMI_NMjyLnna4/s320/Jar+lemak+putih.JPG
Gambar : Lemak Putih
Jaringan Lemak Coklat, selnya lebih kecil dari lemak putih. Unit-unit kecil lemak tersebar pada sitoplasma. Kadar sitokrom tinggi, sehingga warnanya coklat. Banyak dijumpai pada rodensia dan binatang berhibernansi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgET3VUAKam4qq80ywSgKsqztYgbH6lRNObFD_GaGPm5Yk06gBJQtDRzLBTw32_-sQE86xHW91ySSuEPtIwnoan7W46XIYWkRW6gjrjFYumM3IUv_mQ-WXpz4VHBQ4KEcaXlY6uZnVrBVA/s320/Jar+lemak+coklat.JPG
Gambar : Lemak Coklat

JARINGAN OTOT
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Jaringan otot terdiri atas susunan sel-sel yang panjang tanpa komponen lain (Subowo, 2002).
Dellman dan Brown (1989) mengatakan bahwa sel-sel khusus jaringan otot memiliki bangun khusus yang dikaitkan dengan aktivitas kontraksi. Bentuknya memanjang membentuk serabut. Berdasarkan bentuk serta bangunnya, sel otot disebut serabut otot. Tetapi serabut otot tentu berbeda dengan serabut jaringan ikat karena serabut jaringan ikat bersifat ekstraseluler.
Serabut otot tersusun dalam berkas, sumbunya paralel dengan arah kontraksi. Dalam serabut otot banyak terdapat fibroprotein dalam sarkoplasma yang mudah menyerap zat warna untuk sitoplasma (Dellman dan Brown, 1989).
Terdapat tiga jenis otot yaitu : otot polos yang merupakan bagian kontraktil dinding alat jeroan, otot skelet (otot rangka) yang melekat pada tubuh, berorigo dan berinsersio pada bungkul tulang, dan otot jantung yang merupakan dinding jantung (Genneser, 1994). Dengan gambaran mikroskopik, pada sayatan memanjang otot kerangka dan otot jantung pada myofibrilnya terdapat garis-garis melintang yang khas sedangkan pada otot polos tidak (Dellman dan Brown, 1989).
Peranan otot (muscle) yang utama ialah sebagai penggerak alat tubuh lain. Hal ini disebabkan oleh sifat otot yang mampu berkontraksi, sedangkan kontraksi dapat berlangsung bila ada rangsangan (stimulus) baik oleh pengaruh saraf atau oleh pengaruh lain. Kontraksi dapat terjadi karena adanya energi kimia berupa ATP yang terbentuk pada sel otot. Kontraksi terjadi sangat dipengaruhi oleh 2 jenis protein yaitu aktin dan myosin. Interaksi dari 2 protein tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot. Kedua protein ini menyusun myofilamen dari otot.
Adanya fibril serta pola susunannya maka otot dibedakan menurut morfologinya, yakni :
1.    Otot polos ( Smooth muscle)
2.    Otot serat melintang (Striated muscle), meliputi:
A. Otot kerangka (Skeletal muscle), yang dibagi menjadi:
a. Otot pucat (White muscle)
b. Otot merah (Red muscle).
B. Otot jantung (Cardiac muscle).
Otot polos dan otot jantung mendapat inervasi dari susunan saraf otonom, karena aktivitasnya bersifat involunter, dan sering disebut sebagai otot tidak sadar. Sedangkan otot kerangka mendapat inervasi dari susunan saraf pusat (serebrospinal), aktivitasnya bersifat volunter, disebut otot sadar.
OTOT POLOS
Satuan/serabut otot polos umumnya disebut “sel”, karena memenuhi kreteria sel. Bentuknya seperti kincir (spindle-shaped) dengan ujung runcing atau bercabang. Ukurannya bervariasi, ukuran terbesar pada uterus pada masa pregnansi 12x600µm, dan yang terkecil ditemukan pada arteri-arteri keci 1x10µm. Intinya 1 (satu) dan berbentuk lonjong dengan ujung tumpul. Pada otot polos yang sedang berkontraksi bentuk inti sering bergelombang.
Secara mikroskopis inti otot polos agak sulit dibedakan dengan fibroblast, tapi bila diperhatikan dengan teliti keduanya jelas berbeda. Inti otot polos memiliki ujung tumpul dan mengambil warna sedikit pucat, sedangkan fibroblast intinya agak runcing dan mengambil warna lebih kuat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0OMATyNYhszCqR8OdO5Ecm3_A4f1mYvpPkfSaVnJjvOCr43uECddMdsNjPonLZivK4J6SNW3RwBguKQ6SlxvoXQ__92uT8z3vkVFvHbPU7MkVQIV_ONV-KlVOJTrn4xAOh9TE97KArS4/s320/Otot+polos.JPG
Bangun Histologi:
Otot polos memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
1.    Membran Plasma:
Membran plasma pada otot sering disebut sarkolema (Sarcolemma). Dengan mikroskop cahaya kurang jelas, tetapi dengan mikroskop elektron tampak sebagai selaput ganda (double membrane), masing-masing:
     Selaput luar, tebalnya berkisar antara 25-30 Angstrom. Ruang intermedier, kira-kira 25 Angstrom
     Selaput dalam, tebalnya 25-30 Angstrom.
Pada daerah hubungan posisi antara otot polos, selaput luar tampak menyatu. Hubungan ini dianggap lebih serasi dari pada hubungan antar sel dengan desmosoma. Hubungan ini berperanan memperlancar transmisi impuls untuk kontraksi dari satu otot ke otot yang lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa tenaga yang terjadi pada waktu kontaksi dapat dipindahkan ke lain alat tubuh melalui serabut kolagen atau elastis.
2.    Sitoplasma
Sering disebut sarkoplasma (Sarcoplasma). Sarkoplasma bersifat eosinofilik, mengandung :
• Organoid, antara lain :
- Mitokondria yang mengitari inti - Endoplasma retikulum
- Apparatus Golgi - Miofibril
- Sentriol
• Paraplasma, seperti glikogen, lipofusin.
Yang menarik perhatian adalah myofibril karena peranannya dalam kontraksi. Miofibril pada otot polos sangat halus, dengan pewarnaan H.E. sulit dilihat. Dengan mikroskop elektron tampak miofilamen Miosin berdiameter 5 mµ, dan Aktin 3 mµ. Sarkoplasma di dekat inti bebas dari filament dan di bagian tepi banyak pinocytic vesicle . Filamen tersebut berakhir di daerah pekat sarkolema. Filamen aktin dan myosin juga terdapat pada pada otot polos, berkontraksi dengan adanya adenosine trifosfat. Susunan filament aktin dan myosin pada otot polos belum jelas, berbeda dengan otot skelet.




3.    Inti
Berbentuk lonjong memanjang dengan ujung tumpul, bergelombang pada saat terjadi kontraksi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_y8mXqvnv4sZylgu7sukStaYYybokJ6Ewti50pIBmkdlgfOBicCJ4j9sqrDQhQID7_hgxE-MC4vaqgzQYp47fVxLAu-eGwSvEKzpDITlpeqGcs1aP087CTvDdwoVx0UqKOAfhVgKl8ow/s320/Otot+polos2.JPG
Susunan Otot Polos :
Pada organ tubuh lazimnya berkelompok membentuk lamina muskularis (lambung, usus, uterus), tunika media (pembuluh darah), muskularis mukosa (usus), Tetapi dapat pula soliter (sendiri) misalnya pada villi usus halus, stroma kelenjar kelamin jantan.
Hubungan antar otot polos ditunjang oleh endomisium (Endomysium), yang mengandung serabut kolagen dan retikuler yang cukup halus dan jarang terdapat sel-sel jaringan ikat di dalamnya. Dengan pewarnaan khusus misalnya PAS serabut retikuler tampak jelas, bahkan membungkus/mengitari otot polos. Hubungan antar otot polos dengan penyatuan selaput luar disebut Nexus , melalui hubungan inilah impuls dapat berpindah dengan cepat.
Pemisahan masing-masing sel (serabut) otot polos dilakukan dengan menggunakan asam nitrat. Asam nitrat ini berfungsi melakukan maserasi endomesium.
Otot polos terdapat pada:
1.    Alat jeroan berupa lamina muskularis dan muskularis mukosa, misalnya usus, lambung dan esophagus
2.    Saluran pernapasan, misalnya bronchus, broncheolus, dan trachea
3.    Dinding pembuluh darah, membentuk tunika media
4.    Saluran urogenital, misalnya pelvis renalis, vesika urinaria, ureter, duktus deferens, epididimis dll.
5.    Kulit : muskulus arektorpili
6.    Mata : muskulus siliaris, muskulus konstriktor dan dilatator pupile.
Fungsi
Kontraksi otot polos disebabkan oleh empat faktor:
1) Neksus
2) Tarikan mekanik yang bersifat lokal
3) Pengaruh hormonal mis. Oksitosin
4) Inervasi saraf otonom
Kontraksi ritmis pada peristaltik dapat mendorong makanan ke arah belakang. Kontraksi otot polos yang tidak terkoordinasi dan tersendiri membangkitkan gejala kejang (Spasmus).
Secara embriologik otot polos berkembang dari mesenkhim atau mesoderm, kecuali pada iris (mata) dan kelenjar keringat berasal dari ektoderm. Perkembangan dimulai dari mioblas yang selanjutnya membelah secara mitosis yang menghasilkan otot polos.
OTOT KERANGKA
Satuan otot kerangka (skelet) umumnya disebut “serabut” (fibers) dan bukan sel. Bentuk serabut silindris dan memiliki banyak inti sel yang terletak di tepi, berbatasan dengan sarkolema. Pada manusia panjang serabut berkisar antara 3-4 cm, sedangkan pada hewan dapat mencapai 12 cm. Diameter berkisar antara 10-150µ. Bentuk panjang dan diameter serabut otot kerangka tergantung pada beberapa faktor, antara lain Jenis hewan (spesies), keadaan gizi (state of nutrition), umur, jenis kelamin dan cara kerja hewan yang bersangkutan.
Bangun Histologi
A. Sarkolema:
Pengamatan dengan mokroskop cahaya tampak sebagai selaput tipis dan tembus cahaya (transparan), tetapi dengan mikroskop elektron tampak adanya selaput ganda (double membrane), yakni
- Selaput luar, setebal 40 Angstrom
- Ruang antara, setebal 20 Angstrom
- Selaput dalam, setebal 40 Angstrom
Selaput luar mirip membrane basal epitel yang dibalut serabut retikuler. Selaput dalam (plasmalemma) terdiri dari dua lapis protein yang ditengahnya diisi lemak (lipid). Secara umum sarkolema bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap asam dan alkali. Serabut-serabut otot kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut otot primer disebut fasikulus, yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat (endomisium). Ada 5 sel utama yang dijumpai dalam fasikulus yaitu: serabut otot, sel endotel, perisit, fibroblast dan miosatelit.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVCyz_sZZbvCHYkKOdCw4MIkAvVPy_GTXKesIrnncRSor-ZpTs8vGi3qk3vnIGqCCmJPxP_GX_OhwWwVFmqStUUxc_3wr6gOS7YR_Mj3Nk_6ZN_vrBSOPT7PiIZMxGT5DEiQuW1gqOmCY/s320/Sarkolema.JPG
B. Sarkoplasma:
Sarkoplasma (Cytoplasmic matrix) mengandung:
• Organoida, antara lain mitokondria (sarcosomes), ribosom, apparatus Golgi, myofibril, Endoplasmik retikulum
• Paraplasma, antara lain lipid, glikogen, myoglobin
Selain itu terdapat pula enzim sitokrom oksidatif. Mitokondria terdapat berbatasan dengan sarkolema dan dekat inti di antara myofibril. Sarkoplasmik retikulum bersifat agranuler (Smooth ER.), karena ribosom pada otot kerangka terdapat bebas dari matriks. Sisterna pada sarkolasmik retikulum terjalin pararel dengan myofibril, yang pada interval tertentu membentuk pertemuan dengan jalinan transversal, disebut triade. Penelitian pada otot salamander (Amblistoma punctatum) , triade ini terdapat mengitari garis Z (Zwischenschreibe). Pada hewan lain dan manusia tiap sarkomer memiliki dua triade di daerah pertemuan garis A (anisotrop) dan garis I (isotrop). Organoida ini berfungsi menyalurkan impuls dari permukaan otot kerangka ke dalam serabut yang lebih dalam letaknya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjkVk-3w6g_kwnk1rfP1GXDtu9zT9NqFq7lTrOwuVkoPY_TBFFu_K0E2Xt5whyphenhyphentM-CbkNrg8MFD6EHl_2TnA6dkgBT-eCIft8vJi0_iq34SgV9f8gdUw16boRDhum7fNKDE91Hvdq2AVg/s320/Sarkoplasma.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoM2w917bH7sgy_dplDl3WdYfhYVywdasMEot3nRw7wliMXXQdNGWNxDcGzY_CaTmqriUPYnCp9tIuWJRyINwHgQNJOpm1RrHog63-nyWNHHZyOMnw7ReqRb6Dxl3k8n4BFyR7Swoknj0/s320/Sarkoplasma2.JPG
Myofibril
Dengan mikroskop cahaya myofibril tampak memiliki bagian cerah (cakram I) dan gelap (caktam A), bila menggunakan pewarnaan hematoksilin besi (Heidenheia). Inilah yang memberikan aspek bergaris melintang baik pada otot kerangka maupun otot jantung. Garis melintang ini dapat diamati pada:
- Otot kerangka yang masih hidup
- Otot segar tanpa menggunakan pewarnaan
- Otot setelah mengalami fiksasi dan di warnai
Pada satu serabut otot kerangka terdapat ribuan myofibril, sedangkan tiap myofibril memiliki ratusan myofilamen yang bersifat submikroskopis.
Myofilamen terdiri dari 2 macam yaitu:
1.    Filament Miosin
Sering disebut filament kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom dan panjangnya 1,5 µ. Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A. Filamen ini tersusun pararel dan berenang bebas dalam matriks. Bagian tengah agak tebal dari bagian tepi. Fungsi dari myosin adalah sebagai enzim katalisator yang berperanan memecah ATP menjadi ADP + energi, dan energi ini digunakan untuk kontraksi.
2.    Filamen Aktin
Panjangnya 1µ dan diameternya 50 Angstrom, terpancang antara 2 garis Z. Bagian tengahnya langsing dan elastis. Filamen ini membentuk cakram I, meskipun sebagian masuk ke dalam cakram A. Aktin dan myosin tersusun sejajar dengan sumbu memanjang serabut otot skelet.
Pada sediaan histologi yang baik selain cakram I dan A, tampak pula garis Z dan H bahkan garis M.
§ Garis Z (Zwischenschreibe) atau intermediate disc:
Berupa garis tipis dan gelap yang membagi cakram I sama rata. Daerah antara 2 garis Z disebut “sarkomer” yang panjangnya sekitar 1,5µ.
§ Garis H (Helleschreibe):
Terdapat dalam cakram A. Merupakan bagian agak cerah di kanan-kiri garis M, yang bebas dari unsur aktin.
§ Garis M (Mittelschreibe):
Terdapat di tengah-tengah cakram A, suatu garis yang disusun oleh bagian tengah filamen myosin yang menebal.
Jadi dalam 1 sarkomer terdapat garis-garis Z-I-A-H-M-H-A-I-Z (tepatnya interval antara 2 garis Z, 1 pita A, dan ½ dari 2 garis I).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV4q7MJFS9Xzb_EPDu2OTFf0F7mz1kr9t03HB0flg6Num8msXgbEJdYCcUmNVc8M9SD_0hxq1DG5-URDuBq_pVYf8faUw3dRdDSxmQ8Gm7EqfX3xIOedFg7Fh8BPT2qV2wvQ_JJntISuY/s320/Myofilamen.JPG
C. Inti:
Dalam satu serabut otot kerangka terdapat banyak inti, dapat ratusan. Pada mamalia bentuk inti memanjang, terletak langsung di bawah sarkolema pada otot pucat, sedangkan pada otot merah letaknya lebih dalam lagi.
Secara umum pada mamalia posisi inti di tepi, tetapi pada insekta dan vertebrata tingkat rendah posisi inti terletak di tengah, seperti halnya otot jantung..
Pada otot kerangka dikenal dua bentuk otot, yaitu:
a. Otot merah (Tipe I)
Otot merah memiliki myofibril relative sedikit, tetapi sarkoplasma dan mitokondria relative banyak serta mioglobin dengan jumlah yang banyak bila dibandingkan dengan otot pucat. Miofibril membentuk lapang Cohnheim (Cohnheim’s field), mengelompok dengan batas yang jelas. Dalam sarkoplasma banyak butir-butir lemak halus sehingga berasfek seperti lumpur.
b. Otot pucat (Tipe II)
Otot pucat memiliki myofibril banyak dan sarkoplasma dan mitokondria relative sedikit. Miofibril tidak membentuk lapang Cohnheim (Cohnheim’s field) seperti pada otot merah. Otot jenis ini memiliki kandungan mioglobin lebih sedikit dari pada otot merah. Posisi inti lebih superficial langsung di bawah sarkolema. Otot pucat bekerja cepat dan kuat, tetapi cepat lelah. Kuda-kuda pacu arab lebih banyak memiliki otot pucat dibandingkan dengan kuda kerja misalnya kuda belgia yang memiliki otot kekar. Muskulus pektoralis mayor burung merpati adalah otot pucat, sedangkan muskulus pektoralis minor adalah otot merah.
Kedua macam otot rangka ini pada mamalia dan manusia umumnya bercampur, tetapi susunanya secara terperinci belum dilaporkan dengan tuntas.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicpWz84pSMWfWx-4hkgCweADrLx9Af3ffoitqct0Wpr0CFybSJFDQ_SYaGMESVctiwkjTgOoQVxRv6cJuxLAjHQx_U-lY7v6n1DRwROQYz-Aot02DlaL74M36uly07L0Jo98N_cMeoRVY/s320/Otot+pucat.JPG
Susunan Otot
Susunan serabut otot kerangka dalam membentuk muskulus ditunjang oleh jaringan ikat. Tiap serabur dikelilingi oleh endomisium, suatu jaringan ikat halus dengan serabut retikuler dan kapiler. Sejumlah serabut otot dibungkus oleh jaringan ikat pekat dengan banyak serabut kolagen disebut fasikulus, sedangkan pembungkusnya disebut perimisium. Di luar perimisium diisi oleh jaringan ikat longgar yang memberikan kelonggaran bagi vasikulus untuk bergerak. Beberapa fasikulus bergabung membentuk muskulus dan dibalut oleh jaringan ikat pekat disebut epimisium, sedangkan fasia terdapat disekitarnya.
Sebelum otot bertaut pada bungkul tulang baik pada origo dan lebih-lebih pada insersio, terdapat tendon. Di daerah peralihan antara otot dan tendon endomisium, perimisium berangsur-angsur menebal untuk kemudian membentuk serabut tendon. Pada daerah peralihan ini terdapat tendon spindle yang memiliki ujung saraf.
Kontraksi Otot Kerangka
Perubahan bentuk dalam rangka mekanisme kontraksi otot sekelet telah lama diselidiki baik dalam keadaa hidup maupun pada yang telah dimatikan. Dari kedua pengamatan tersebut ditarik kesimpulan bahwa pada waktu kontraksi berlangsung otot memendek dan membesar.
Bagaimana proses berlangsungnya pemendekan dapat dijelaskan dengan meneliti struktur serta susunan miofilamen, sebagai hasil penelitian dengan menggunakan mikroskop elektron. Satuan myofibril yang terkecil disebut sarkomer, yang pada kontraksi sarkomerpun ikut memendek dan memanjang pada waktu relaksasi. Perubahan ini dirumuskan dengan istilah “sliding-filaments mechanism of contraction” yaitu: pada permulaan kontraksi cakram I mulai menyempit yang selanjutnya lenyap bila serabut otot tersebut berkontraksi kira-kira 50%. Daerah H dalam cakram A juga ikut lenyap, sebaliknya panjang cakram A praktis tidak mengalami perubahan baik pada waktu kontraksi maupun relaksasi. Hal ini disebabkan karena cakram A hanya memendek sedikit sekali bila sarkomer berkontraksi. Penebalan cakram Z disebabkan berkumpulnya bahan pekat yang kuat mengambil zat warna, yang selanjutnya dikenal sebagai “contraction band”. Pendapat lain mengatakan bahwa cantraction band disebabkan oleh crumpling and folding ujung-ujung filament myosin pada cakram Z.
Hipotesa lain mengungkapkan bahwa kontraksi otot skelet terjadi karena folding and coiling filament aktin, dan bukan secara sliding. Hal ini didasarkan dengan daerah H yang tetap tampak jelas meskipun otot berkontraksi.
Kontraksi otot diprakarsai dengan pelepasan ion kalsium dari sarkoplasmik reticulum. Selanjutnya ion kalsium tersebut merangasang aktivitas adenosin trifosfat (ATP), yang kemudian terjadi hidrolisa molekul ATP menjadi ADP dan pelepasan energi. Energi inilah yang dipakai untuk kontraksi. Ion kalsium yang hanya bekerja sebagai katalisator selanjutnya ditangkap kembali oleh sarkoplasmik reticulum.
Dasar Molekul Kontraksi Otot
Filamen-filamen aktin terdiri dari suatu protein (BM= 43.000) yang berbentuk bola (globular) dan disebut aktin G. Molekul-molekul aktin G ini tersusun seperti untaian mutiara, bersama-sama membentuk suatu filament aktin F (serat), yang membentuk double helix dengan suatu puntiran tiap 36 nm. Alur pilinan ganda ini merupakan struktur dasar dari filamen-filamen aktin.
Protein-protein pengatur tertentu berikatan pada filament-filamen aktin. Protein-protein tersebut adalah tropomiosin (bergelung melingkar satu sama lain), merupakan molekul protein dengan panjang 40 nm, terletak dalam alur yang terbentuk antara kedua untaian filamen aktin F. Protein lainnya adalah troponin yang terletap pada kedua ujung tropomiosin. Ada 3 sub unit troponi: troponin I, troponin T, dan troponin C.
Filamen-filamen myosin, terdiri atas protein myosin (BM= 460.000), dan panjang molekulnya 150 nm. Dengan menggunakan enzim tripsin molekul-molekul myosin dapat diuraikan dalam 2 subunit: meromiosin ringan (LMM) yang berbentuk batang dengan panjang 85 nm, dan meromiosin berat (HMM). Meromiosin berat terdiri atas bagian yang berbentuk batang yang membentang terus ke dalam bagian LMM, dan struktur globular pada bagian ujungnya yaitu kepala myosin. Molekul myosin lentur karena kedua sub unit dapat bergerak antara satu dan lainnya.
Filament-filamen myosin terdiri atas kumpulan padat molekul-molekul myosin dengan bagian yang berbentuk gagang terbentang sejajar dengan sumbu panjang filament. Kepala myosin terletak pada ujung dari molekul ynag bersebrangan dengan garis M dan dengan memakai mikroskop elektron terlihat membentuk gambaran seperti jembatan. Polarisasi dari filament-filamen myosin dengan kepala-kepala menjauhi garis M diyakini sebagai alasan mengapa proyeksi atau jembatan-jembatan melintang tak terdapat pada bagian tengah pita H, sehingga terbentuk pita H semu (“daerah kosong” dari Huxley)
Kepala-kepala myosin tersusun dalam suatu spiral sepanjang filament myosin dengan jarak 42 nm tiap putaran spiral. Hal ini menghasilkan pembentukan 6 baris kepala myosin pada permukaan filament myosin.
Kejadian-kejadian molekuler selama kontraksi
Fragmen-fragmen meromiosin berat dapat berikatan dengan salah satu ujungnya pada tempat tertentu pada filament aktin yang terdapat setiap 36 nm. Hal ini adalah sama betul dengan preodisitas aktin, dan sekarang diyakini bahwa setiap kepala myosin selama kontraksi arahnya “miring” berkontak dengan filament aktin terdekat. Selama kontraksi, filament aktin bergeser lebih jauh dari pada jarak antara 2 kepala myosin yang berturutan. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut : setelah terikat pada suatu tempat perlekatan pada filament aktin, setiap kepala myosin “mengangguk” ke arah garis M, sehingga filament aktin tertarik pada jarak tertentu ke arah garis M. Segera sesudah itu, kepala myosin dilepaskan dari tempat perlekatan dan kembali ke posisi semula tegak lurus tehadap fragmen meromiosin yang berbentuk batang. Pada posisi ini kepala myosin berhubungan dengan tempat perlekatan berikutnya yang terletak sepanjang filament aktin, tidak jauh dari tempat tersebut, setelah itu kepala myosin kembali mengangguk ke arah garis M dan seterusnya. Dengan demikian filament aktin tertarik selangkah demi selangkah ke arah garis M. Anggukan-anggukan kepala myosin disebabkan oleh suatu perubahan kekuatan pengikatan antara kepala dan bagian batang molekul meromiosin akibat pengikatan pada filament aktin.
ATPase yang terdapat pada kepala myosin akan memecah ATP sehingga tersedia energi yang digunakan untuk kontraksi. Sebelum kontraksi otot, suatu potensial aksi merambat sepanjang sarkolema dan dari sini diteruskan ke bagian dalam serat melalui tubulus T . Potensial aksi dari tubulus-tubulus T menyebabkan perubahan pada potensial membran dalam sisterna terminal reticulum sarkoplasma dan ini menyebabkan pelepasan pada ion-ion Ca dari reticulum ke dalam sarkoplasma seklilingnya (dalam keadaan istirahat sebagian besar Ca dalam serat terpusat pada sisterna terminal reticulum sarkoplasma). Ion-ion Ca ini berikatan pada troponin (troponin C) yang mempunyai afinitas sangat kuat terhadap ion-ion Ca ini. Selama keadaan istirahat, kompleks troponin (toponin I)-tropomiosin menghambat tempat perlekatan pada filament aktin untuk kepala-kepala myosin, mungkin secara fisik menutupi kepala-kepala myosin tersebut. Melalui pengikatan ion-ion Ca pada molekul troponin, molekul ini diperkirakan berubah bentuk. Dengan demikian hambatan tempat perlekatan pada filament aktin oleh kompleks troponin-tropomiosin ditiadakan. Kapala-kepala myosin kemudian dengan segera secara fisik berhubungan dengan tempat-tempat perlekatan aktin dimana mencetuskan pergeseran filament-filamen. Kontraksi ini berlangsung terus selama ion-ion Ca dalam sarkoplasma konsentrasinya masih cukup tinggi. Akan tetapi dengan memakai pompa Ca aktif di dekat membrane reticulum sarkoplasma ion-ion Ca terus menerus dan secara aktif dipompakan ke dalam sisterna longitudinal reticulum berlangsung kira-kira 20 mili detik, kemudian konsentrasi Ca dalam sarkoplasma menurun sampai tingkat paling rendah (kurang dari 10  M) yang terdapat selama keadaan istirahat. Dengan demikian pengikatan ion-ion Ca pada troponin terhenti, dan kompleks troponin-tropomiosin kembali menghambat tempat-tempat perlekatan pada filament aktin, jadi serat ini dipertahankan dalam keadaan istirahat.
Kebutuhan energi untuk transfort aktif ion-ion Ca ke dalam reticulum sarkoplasma tersedia dari pemecahan ATP, dan karena itu kontraksi dan relaksasi keduanya membutuhkan ATP. Rangkaian perangsangan/ kontraksi melalui system tubulus T menerangkan mengapa semua myofibril pada serat otot diaktivasi secara serentak dan hampir bersamaan dengan merambatnya potensial aksi pada sarkolema.
Hubungan neuromuscular
Daerah perlekatan antara ujung suatu serat saraf motorik dengan satu serat otot kerangka disebut lempeng akhir motorik (motor end plate). Dengan memakai impregnasi garam-garam logam, dapat diperlihatkan pada sajian mikroskop cahaya bahwa ujung satu serat saraf motorik bercabang-cabang menjadi sejumlah cabang halus yang menuju ke tiap serat otot. Setiap cabang membentuk suatu penebalan seperti lempengan kecil yaitu lempeng akhir motoris ini juga dapat terlihat dengan mikroskop cahaya (seperti juga dengan mikroskop elektron) memakai reaksi histokimia untuk menentukan adanya enzim asetilkolinesterase, yang terletak di daerah ini. Terdapat suatu cekungan yang di sebut celah sinaptik primer, yang di dalamnya terdapat ujung akson. Di bawah setiap celah sinaptik primer, tampak suatu jajaran cekungan ke dalam serat otot, yang disebut celah sinaptik sekunder.
Dengan memakai ME, sel-sel Schwann tampak pada permukaan ujung akson. Akan tetapi, sel-sel Schwann ini tak ada pada celah sinaptik dimana aksolema (plasmalema akson) dan sarkolema berbatasan satu sama lainnya (meskipun melalui suatu lapisan antara dari glikoprotein). Celah sinaptik sekunder membentuk invaginasi sarkolema dari celah sinaptik primer. Dalam aksoplasama tampak sejumlah vesikel dengan diameter 50nm. Vesikel-vesikel ini sesuai dengan vesikel sinaptik pada sinaps-sinaps biasa. Sarkoplasma mengandung banyak mitokondria dan nucleus tetapi yang lainnya tidak khas.
Lempeng akhir motoris dapat dianggap sebagai suatu modifikasi sinaps. Vesikel sinaptik mengandung asetilkolin yang berfungsi sebagai substansi transmitter selama penghantaran rangsang saraf dari akson ke sarkolema. Suatu potensial aksi yang mencapai lempeng akhir menyebabkan pelepasan asetilkolin dari vesikel ke celah sinaps. Setelah asetilkolin berdifusi dalam celah sinaps, molekul asetilkolin terikat pada molekul reseptor pada membrane post synaptic (sarkolema), yang menyebabkan pembentukan potensial lempeng akhir dan prambatan selanjutnya dari suatu potensial aksi sepanjang sarkolemma. Asetikolin dihidrolisa dalam beberapa mdet. oleh asetilkolinesterase yang terletak di membrane post-sinaptik.
Serat-serat otot dan tendon keduanya mengandung bahan akhir sensoris yang kompleks yang disebut gelendong otot (muscle spindle) dan tendon organ. Keduanya dijabarkan pada bagian badan-badan akhir sensoris.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyTM2EklfXR9qxxMZLaagKvpsK27WY2zHaKyrt8qbMkfD1L4Ig9N7oEgOSga8AQFij9yg296IAGwIiXyGIzeXarx87AUG1xTp9R3ZP_W_Y5hL7xZ_OK9lircVeN2pETRdRmFEetSBRM1s/s320/Kontraksi+otot+rangka1.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtglgpLlEx_P_EKKLrXdP8k707AnG7WJK1w2CnKHGfiw-mWLB60A-FssKb7qX3Z7t8345jFcLARMrAaGSQ3JDkZk87tsXkrvjV9tneRdkz2CnoOEw7c2uE6R3LtFgZdrzN_HRlHlD1H0c/s320/Kontraksi+otot+rangka2.JPG
OTOT JANTUNG
Miokardium (Myocardium) jantung vertebrata tingkat tinggi terdiri dari serabut otot jantung yang berhubungan satu dengan yang lain membentuk jalinan. Semula otot jantung dianggap sebagai peralihan antara otot polos dan otot kerangka. Yang jelas bahwa otot jantung tergolong otot bergaris melintang yang satuannya disebut “serabut “. Bangun otot jantung dan otot kerangka tidak sama dalam beberapa asfek. Hubungan otot jantung melalui discus interkalatus cukup kuat sehingga sulit dilakukan tepsing untuk memperoleh satu serabut secara terpisah. Pada otot kerangka maupun otot polos hal ini masih mungkin dilakukan.
Penelitian dengan mikroskup cahaya menunjukkan bahwa otot jantung memiliki serabut yang bercabang, yang berhubungan satu dengan yang lain melalui ujungnya. Hubungan mana sangat kuat sehingga memberikan asfek sebagai sinsisium, dan pada endomisium banyak pembuluh darah. Diameter serabut kira-kira 10-14µ pada hewan dewasa dan 5-8µ pada yang baru lahir. Pada keadaan patologik misalnya hipertropi jantung diameter dapat meningkat sampai 20µ. Panjangnya sulit diukur.
Penelitian dengan mikroskop elektron, bentuk sinsisium tidak tampak, tetapi hubungan antara serabut (sel) dapat dipelajari dengan cukup jelas. Pada discus interkalatus terdapat desmosoma, zonula okludens, zonula adherens. Yang terakhir ini sebenarnya tidak membentuk zona secara jelas hanya berupa daerah yang tidak teratur.
Bangun Histologi
Seperti halnya dengan otot polos dan kerangka, otot jantung memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
a) Sarkolema
Keadaannya hampir mirip dengan sarkolema otot kerangka, dinding luarnya mirip membran basal dengan fibril retikuler yang dapat terus berhubungan dengan tendon (chorda tendinae) atau katup jantung. Dibagian lain berhubungan langsung dengan endomisium. Sel-sel yang dijumpai pada otot jantung: serabut otot (miosit), sel endotel, perisit, dan fibroblast
b) Sarkoplasma
Pada garis besar hampir mirip dengan otot kerangka, hanya saja otot jantung relative memiliki sarkoplasma lebih banyak, terutama di sekitar inti yang terletak di tengah. Mitokondria, lipid, lipofuksin dan glikogen banyak terdapat pada sarkoplasma di sekitar inti. Garis-garis melintang hampir mirip dengan otot kerangka, meskipun susunan miofilamen tersusun secara acak. Sistem T cukup jelas pada otot jantung berbentuk invaginasi tubuler dari plasmalema dan lamina basalis di daerah cakram Z. Sistem T berperan dalam pertukaran metabolik dan transmisi impuls.
Sarkoplasmik reticulum tidak sesubur pada otot kerangka, beberapa dianataranya berhubungan dengan system T.
c) Inti
Berbeda dengan otot kerangka, pada otot jantung inti terdapat di tengah.
Diskus Interkalatus
Berupa penebalan di daerah cakram Z, yang sebenarnya adalah daerah hubungan antara serabut otot jantung. Tebalnya dapat mencapai 0,5µ berbentuk tangga. Penelitian dengan mikroskup elektron menunjukkan adanya bentuk mirip desmosoma, zonula okluden, zonula aderen, meskipun yang terakhir ini bentuknya tidak teratur. Pada desmosoma, miofilamen berakhir pada lapis protein permukaan serabut (myofilamentous incertion plaques). Di daerah melintang terdapat pula penyatuan antara selaput luar berbentuk macula occludens. Bentuk ini nampak pula di daerah memanjang disebut “fasciae occludentes”. Daerah ini diduga berperan didalam transmisi impuls dari satu serabut ke serabut yang lain.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBOBBZHTySG-2dCqBgRMtjML1mVIMXPS7jB24CpCxFQPD0KlR9ZWA2DGzbWJME8HdtSagln4WRaAswdPSHV23ydhT03KXU2uEwXc_CZMlvc9xWByYXeaN5yBr01BSnbgKVX-WYMTpBdNg/s320/Otot+jantung.JPG
Serabut Purkinje
Pada jantung selain terdapat otot untuk kontraksi terdapat pula bentuk modifikasi yang berfungsi sebagai pengatur rangsangan (stimulus) ke seluruh penjuru jantung, yang dikenal sebagai “serabut purkinje”. Secara histologik dapat dibedakan dengan otot jantung biasa sebagai berikut:
a.    Diameter serabut purkinje lebih besar dari otot jantung.
b.    Miofibril jauh lebih sedikit dan tersusun di bagian tepi sejajar dan agak mengulir. Pada batas serabut tampak lebih jelas. Bentuk garis melintang tidak jelas pada serabut purkinje.
c.     Inti lebih besar dan pucat. Dalam satu serabut sering terdapat 2 inti berdampingan.
d.    Serabut purkinje menyusun diri dalam berkas, dengan ruang Ebert-Bellajev dibagian tepi serabut. Secara elektron mikroskopis struktur discus interkalatus tidak jelas pada otot jantung biasa, sebab ujungnya berhubungan dengan otot jantung biasa. Di daerah ini perubahan bentuk berlangsung secara bertahap.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPoCP7FnWYwrytakVFot5zx6PGVfFW77or6k3SoDTz4NqUWDSAhXQCjYpGjRuRe_CcirbA-wIx3utsIbYq0tBoAKHN4gB0MENoXpy5nOLN3QXh_QBIAlqIos9fPLFtTxrHTLJGHNs6KCs/s320/Serabut+purkinje1.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipaYVWB0M-iyQGrRn-iah9UBxSL96udMwxak8jHCCTq0LhZaN9tlDYIUEleX97VmIN4zhD_45yJ5gtuqf9VGthh9dmxvem4HYzvxOjiDqYs3CEcqga5T57zvn9E5mTBZho7GnpUfZVbHc/s320/Serabut+purkinje2.JPG
Daya regenerasi otot jantung sangat sedikit, jadi persembuhan luka selalu diikuti dengan terjadinya parut ( scar). Yang perlu dicatat bahwa ada teori yang mengatakan bahwa sejumlah serabut (sel) otot jantung semenjak lahir tetap. Pertumbuhan organ jantung sebenarnya hanya panambahan diameter serta panjang yang dibarengi dengan penambahan endomisium. Jadi jumlah serabut tidak bertambah. Keadaan serupa terjadi pada kasus hipertropi jantung yang bersifat patologik. Ekstrak jantung embrio diduga dapat menaikkan daya regenerasi otot jantung yang rusak karena trauma.
DAFTAR PUSTAKA
Dellmann, H.D. dan E.M. Brown (1989). Buku teks Histologi Veteriner I. 3rd Ed. Penerjemah Jan Tambayong. Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
Genneser, F. (1994). Buku teks Histologi. Jilid I. Binapura Aksara. Jakarta.
Mariano (1986). Atlas of Human Histology. 5th Ed. Department of Anatomy, University of Alabama.
Slomianka, L (2006). Blue Histology-Muscle. School of Anatomy and Human Biology-University of Western Australia
Subowo. (2002). Histologi Umum. 1st Ed. Bumi Aksara. Jakarta.

JARINGAN SYARAF
Jaringan syaraf mempunyai fungsi utama sebagai berikut:
1. Sebagai alat komunikasi di dalam tubuh:
Fungsi ini terlihat dari kemampuan jaringan syaraf dalam menerima, maerubah rangsangan (stimulus) menjadi impuls dan selanjutnya menyalurkan keseluruh syaraf dan berakhir pada syaraf pusat.
2. Sebagai alat koordinasi:
Semua aktivitas syaraf yang dimiliki ini diperlukan adanya koordinasi yang dilakukan oleh jaringan syaraf itu sendiri.
Kedua fungsi ini sangat erat hubungannya dalam menjalankan keselarasan fungsional untuk segala kegiatan hidup sehari-hari, sehingga individu tersebut dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya.
A. ORGANISASI JARINGAN SYARAF
Unit struktural jaringan syaraf yang merupakan bentuk satu kesatuan yang disebut NEURON. Unit kesatuan itu dapat berupa unit genetik, unit morfologik, dan unit tropik sistem syaraf. Bentuk kesatuan tersebut (Neuron) terdiri dari badan sel (cyton/soma) dan penjuluran sitoplasma. Penjuluran sitoplasma ini sering disebut Neurit (axon) dan Dendrit, sedangkan perikaryon merupakan bagian badan sel disekeliling nukleus. Selajutnya neuron bersama-sama dengan neuroglia yang bertindak sebagai sel-sel penunjang membentuk jaringan syaraf. Hubungan antara neuron sebagai pengantar impuls terjadi melalui sinaps. Jadi sinaps merupakan tempat hubungan neuron dengan neuron yang lainnya. Neuron menghantarkan impuls hanya kesatu arah saja yang dikenal dengan istilah Polarisasi Dinamik.
Doktrin Neuron :
1. Tiap neuron berasal dari stem sel embrional yaitu neuroblast yang memiliki informasi genetik untuk menjalankan fungsinya.
2. Tiap neuron adalah unit struktural yang terpisah secara jelas dengan unit neuron lainnya yang mengadakan kontak dengan unit-unit lainnya.
3. Unit-unit tersebut membentuk seperti rantai sel-sel yang merupakan mekanisme konduksi sistem syaraf.
4. Tiap neuron bertanggung jawab untuk nutrisi, metabolisme, dan pemeliharaan bagian komponen dirinya sendiri
Jaringan syaraf yang terdapat pada susunan syaraf pusat seperti cerebrum (otak besar), cerebellum (otak kecil), dan medulla spinalis akan dibahas lebih lanjut pada mata ajaran ORGANOLOGI.
B. MORFOLOGI JARINGAN SYARAF
Neuron mempunyai banyak tipe namun demikian mempunyai hungsi utama sama yakni menerima stimuli dari dalam lingkungan (interosepsi) dan menerima stimuli dari luar (exterosepsi). Kemampuan iritabilitas dan konduktivitas yang tinggi dari sitoplasmanya merupakan pendukung utama fungsi neuron tapi kemampuan regenerasinya sangat kecil.
Sel yang erat hubungannya dengan kelangsungan hidup/fungsional jaringat syarah adalah sel neuroglia. Sel neuroglia memegang peranan untuk proteksi, nutrisi , dan integritas struktural jaringan syaraf .

KLASIFIKASI NEURON
Neuron memiliki berbagai variasi ukuran, bentuk, jumlah prosesus sel, dan panjang prosesus sel. Morfologik neuron yang bermacam-macam ini menggambarkan adanya adaptasi terhadap perubahan fungsional yang terjadi sangat bervariasi.
Neuron dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu neuron transmisi dan neuron sekretorik.
A. Neuron Transmisi
Merupakan bagian terbesar dari neuron. Sel neuron ini memiliki dendrit, badan sel, dan sebuah axon. Berdasarkan atas banyaknya penjuluran neuron transmisi ada beberapa tipe antara lain:
a. Neuron Unipoler Sejati: neuron ini hanya memiliki sebuah axon, tipe ini terdapat terbatas pada sistem saraf yang sedang berkembang. Selain itu juga ada yang tampak penjuluran yang keluar dari badan sel dan kemudian baru terjadi pemisahan antara neurt dan dendrit. Apabila penjuluran tersebut pendek dan segera terpisah disebut neuron pseudo-unipoler. Tipe neuron ini umumnya bersifat sensoris. Axon dan dendritnya bersatu dekat dengan badan selnya, tapi di badan sel masih terlihat terlihat sedikit terpisah sebelum penjuluran itu menyatu. Pada retina mata terdapat sel amacrin yang tidak memiliki axon, sehingga neuron ini juga disebut neuron-anaxonik.
b. Neuron Bipoler : neuron ini memiliki sebuah dendrit utama dan sebuah axon yang terletak pada kutub badan sel yang berlawan. Disini jelas terlihat dua penjuluran yang terpisah jelas keluar dari badan selnya, dimana yang satu sebagai neurit (axon) dan satunya lagi sebagai dendrit. Contoh neuron tipe ini terdapat pada: retina mata, ganglion vestibulare, Ganglion spinale, sel olfaktorius.
c. Neuron Multipoler : Neuron ini mempunyai banyak penjuluran, tapi yang jelas terlihat hanya satu akan berfungsi sebagai axon dan selebihnya sebagai dendrit. Tipe ini paling banyak ditemukan. Pada susunan syaraf pusat terbatas dijumpai pada: neuron piramidal, sel Purkinje, dan neuron motoris dari cornua ventralis tulang belakang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyd4ijQPbFvv3ypUzxy7-H4aCOmk8_GulgWenKHv-jfCZiDamOzWmjBDfjNZF4ZKz5ul6kCqLeUb6c96e7LDuwGvUoBo3gMbj3E6GBeoPF16v8bR-trM74Fhyphenhyphen1JwU-d7bxc6jpac38kew/s320/Neuron.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg3K8umnjlwUCcNaZ2QVxKevXiTTptmn-hOYlvtaH8MeYn2q465SwAnOIczK_kl3tjmv6_HnCgu02Kd50WMxb38jmFOqNkSdfbfuPWVc-smFvEiH1AZWmocoEoJ43FoBLG5JlMqeCzAR8/s320/Neuron+2.JPG
Bila dilihat dari panjang pendeknya penjuluran, banyak sedik tipe percabangannya neuron multipoler dibedakan lagi menjadi:
(a) neuron golgi tipe I : disebut juga tipe Deiter. Tipe ini memiliki banyak dendrit dan sebuah axon yang panjang yang berakhir membentuk percabangan yang komplek disebut axon terminal atau telodendron. Dijumpai pada syaraf perifir yakni neuron preganglionik simpatik dan parasimpatik, neuron postganglionik simpatik.
(b) neuron golgi tipe II : neuron ini mempunyai banyak dendrit dan sebuh axon yang pendek dan berakhir tidak jauh dari badan selnya. Umumnya terdapat pada substansia grisea dan tidak sampai memasuki daerah substansia alba. Axon terminalnya disebut juga neuropodia. Contohnya terdapat pada: neoron di daerah kortek serebri, kortek serebelli, dan retina mata.

Neuron neurosekretorik
Adalah sel-sel syaraf spesifik yang mempunyai kemampuan mensintese, dan kemudian mentransport benda Herring melalui axonnya yang selanjutnya membebaskan berbagai zat (hormon) ke dalam darah. Hubungan antara sel ini dengan vasa darah disebut organ neurohemal. Beberapa sel neurohemal neuropypophyse (hypopise pars posterior) menghasilkan oxytocin dan anti diuretik hormon (ADH) . Selain itu ada juga sel neurohemal yang terdapat pada hypothalamusyang menghasilkan releasing factors (releasing hormon).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghhjDZ0gdw2ZbfZ-PPrb-qtJRya_4_2Qv0_bEkjG87Sj8JXORm1Glcwl0-YJFsKEge6_CJNcRqKGM-gOnhXwW5l5dfLlVBniyjk500DUfCurvNtkFrv-scqyUPeplbNKMwigJy8BdczK8/s320/Saraf+3.JPG
Morfologi sel syaraf:
Bentuk sel syaraf (perikaryon) umumnya bulat, dapat juga polihidral dengan diameter birkisar antara 4 – 150 mikron. Intinya bulat dan besar, kromatin relatif sedikit terletak di daerah eksentris sehingga nukleus terlihat sedikit pucat. Anak inti (nukleolus) umumnya satu mengandung RNA dan protein dasar, sehingga nukleolus bisa bersifat basofil atau asidopil tergantung jenis pengecatan yang dipakai
Perikaryon atau badan sel syaraf , mempunyai sitoplasma disebut neuroplasma, sedangkan pada axon/dendrit disebut aksoplasma. Di dalam plasma terdapat organel-organel sel seperti aparatus golgi, mitokondria, sentriola, paraplasma (pigmen/lemak), dan neurofibril. Selain itu juga terdapat butiran-butira di dalamnya mengandung zat sejenis protein/hormon yang disebut juga Benda Nissl yang terletak pada perbatasan badan sel dengan dendrit atau axon namun tidak dijumpai pada axon. Penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa Benda Nissl tidak lain adalah endoplasmik retikulum dengan bitir RNA. Benda Nissl jumlahnya pada badan sel sangat bervariasi tergantung aktivitas sel syaraf tersebuit, misal, pada keadaan lelah jumlahnya sedikit atau istirahat jumlahnya sangat banyak dan tidak dijumpai dalam keadaan patologik. Peristiwa hilangnya/berkurangnya benda Nissl ini disebut Khromatolisis. Khromatolisis ini bersifat reversibel. Bervariasinya benda Nissl merupakan ciri utama berbagai tipe neuron. Garanul-granul tersebut (benda-benda Nissl) sebenarnya merupakan kelompokan RER, ribosom bebas dan polysoma. Sehubungan kebanyakan neuron tidak menghasilkan protein untuk transport ekstraseluler. Maka dengan adanya benda Nissl yang jumlahnya berubah-ubah adalah cukup membingungkan. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam satu hari neuron dan memperbaiki 1/3 dari jumlah proteinnya dan benda Nissl diperkirakan berperan dalam proses pembentukan protein. Proses kromatolisis dibarengi dengan bertambahnya ribosom, RER, dan polysoma maka proses kromatolisis juga dapat diangga sebagai proses restorasi neuron itu sendiri. Pada pangkal axon di daerah perikaryaon tercat/terlihat terang karena kepadatan elektron rendah, daerah ini disebut axon-hillock
Berdasarkan klasifikasi Bodian secara fungsional neuron dapat dibagi dalam 3 zona :
1. Zona dendritik: adalah daerah neuron yang merupakan subjek dari stimulus eksitasi dan inhibisi. Termasuk dalam zona ini adalah: dendrit, badan sel, dan segmen permukaan axon. Impuls yang datang ke zona ini dapat menimbulkan atau tidak menimbulkan adanya aksi potensial dan respon bersifat bertingkat.
2. Zona Axonik: adalah meliputi segmen arborisasi ujung syaraf. Daerah ini merupakan bagian konduksi yang bersifat all or none
3. Zona Telodendritik: adalah meliputi modifikasi terminal yang memungkinkan terjadinya transfer secara listrik atau kimia ke neuron berikutnya atau ke organ efektor. Respon bersifat bertingkat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG6p_uZ2MwJMCDmVXNF_gATkeAA5_MkszQy7ckfTNjkKRbh33KHlLxiyyQ7UsJoXmmSrAbXKwVHyOMaOKHHBDdy6z8wlS5-D9KaGU-jBRGRPj-iLMScOddoiJFrc9AXBjpSCYGdA0ZHPk/s320/Saraf+4.JPG
DENDRIT
Dendrit berfungsi untuk memperluas permukaan neuron, mirip dengan cabang-cabang pohon. Dendrit biasanya lebih pendek dibandingkan dengan axon, bercabang-cabang secara kontunyu hingga terkecil. Permukaan dendrit maupun badan sel tertutupoleh spina atau gemmula yang merupakan hubungan synaps dengan axon terminal dari sel syaraf lainnya. Isi sitoplasma sama dengan sitoplasma badan sel. Benda Nissl hanya terbatas pada bagian proximal dendrit.
AXON
Axon atau axis silinder timbul dari axon hillock di perikarion. Prosesus yang tunggal ini permukaannya licin dan diameter ukurannya konstan. Sebelum berakhir pada efektor terlebih dahulu bercabang-cabang membentuk telodendron. Membran plasma axon disebut juga axolemma. Segmen permulaan tempat munculnya dari badan sel merupakan tempat permulaan myelinisasi, selain itu di tempat ini mempunyai ambang exitasi yang lebih rendah dibandingkan pada dendrit dan badan sel. Nodus ranvier terdapat pada beberapa tempat disepanjang axon bermyelin dan merupakan tempat diskontinyu dari selubung myelin.. Pada tempat tersebut axon disebungi oleh processus sitoplasmik sel glia. Pada Nodus Ranvier axon menebal. Secara fungsional Nodus Ranvier merupakan konduksi saltatorik impuls yaitu tempat meloncatnya gelombang depolarisasi dari satu nodus ke nodus berikutnya. Organel seperti mitokondria, neurotubulus, neurofilamen, SER, dan benda Nissl tidak dijumpai pada axon hillock maupun pada axon. Karena panjangnya prosesus maka akan terjadi masalah transportasi impuls maupun zat-zat lainnya. Aliran material ada 2 macam yaitu material yang mengalir dari badan sel disebut somatopugal (retrograde) dan aliran materian ke badan sel disebut somatopetal (anterograde).
Aliran somatopugal ada 2 macam yaitu: aliran axoplasmik lambat dan aliran axoplasmik cepat. Sebagian besar material dalam axoplasma bergerak lambat dengan kecepatan 0,5 – 5 mm/hari, hal ini diperlukan dalam mengangkut material yang besdar untuk pemeliharaan, penggantian organela yang sud ah tua atau untuk reparasi axon. Namun ada juga material yang mengalir dengan kecepatan 10 – 200 mm/hari yang merupakan aliran cepat. Aliran cepat ini menggunakan bantuan organel neurotubulus sebagai alat transport. Material yang diangkut dengan cepat ini digunakan untuk keperluan berlangsungnya fungsi synaps axon. Sehubungan sifat badan sel yang tanggap terhadap perubahan axon terjadi juga aliran somatopetal (anterograde)
TRANSFER INFORMASI
Neuron mengalami modifikasi untuk menimbulkan dan mengkonduksikan informasi ke seluruh tubuh dalam bentuk pesan elektrik. Hal yang sama pentingnya yaitu kemampuan neuron untuk mentransfer informasi ke organ efektor dan atau neuron.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiggsICjo4v_Zbymi4NIwS2tCl0bHoG3HdwdT6OcKZiPyGKbVYt8B2RStHOPcDzNSq8WAKNRZ1-e8PaDff_BnJC67Wv1AY0BQ8FkMM0BlJBLp-HqyVstKMA7cyYEe_gpbBrkFU-STolX1A/s320/Saraf+5.JPG
Transfer informasi terjadi dengan 2 cara mekanisme:
MEKANISME TRANSMISI ELEKTRONIK
Transmisi elektronik pada jaringan syaraf terjadi pada tempat spesifik disebut efapses elektrotonic junctions atau disebut juga sinapses elektronik. Pada jaringan lain misal nexi disebut Gap junctions. Ruang yang terbentuk adalah sangat sempit sehingga tidak ada perbedaan konsentrasi ion antara kedua sel tersebut. Stimulus yang melalui efapses tidak perlu mengalami polarisasi untuk mengalirkan materi dari satu sel ke sel yang lainnya, sehingga aliran listrik dapat berjalan dengan cepat.
MEKANISME ELEKTROKIMIA
Sinapses merupakan tempat transmisi elektrokimia terjadi dan bersifat lebih umum dibandingkan dengan efapses. Aktivitas listrik pada membran sel syaraf presinaptik menyebabkan dibebaskannya substansi neurotransmiter yang melintasi ruang interseluler dan menghubungkan sisi reseptor pada membran sel post sinaptik. Persatuan antara sel neurotransmiter dengan sisi reseptor akan mengakibatkan perubahan yang dapat bersifat exitasi ataupun inhibisi. Proses pembebasan baik secara difusi maupun persatuan substansi transmiter pada sisi reseptor mengakibatkan waktu transmisi terhabat. Hambatan ini disebut Hambatan sinapses.
Ujung axon merupakan elemen membran presinaptik, sedangkan organ efektor merupakan membran postsinaptik. Kedua membran ini dipisahkan oleh ruang interseluler (celah sinaptik/synaptic cleft) yang lebarnya 6 – 20 nm dan mengandung material yang padat elektron dan filamen halus. Pada bidang membran postsinaptik terdapat penebalan yang disebabkan karena adanya filamen, dan penebalan ini disebut subsynaptic web. Pada ujung presinaptik terdapat mitokondria, neurofilamen, neurotubulus, dan vesikula sinaptik. Sitoplasma yang padat dapat ditemukan pada membran pre- maupun postsinaptik, kadang dapat juga dijumpai hanya pada salah satunya. Tidak seperti pada efapses maka sinapses kimia bersifat polar (aliran satu arah) yaitu sesalu dari membran presinapstik ke membran postsinaptik.
Bagian presinaptik axis silinder meluas membentuk bentukan seperti bola lampu atau seperti kancing baju. Perluasan pada ujung axon disebut boutons terminauuk sedangkan perluasan sepanjang axis silinder disebut boutons passage. Kedua macam perluasan ini dapat dijumpai pada axon dari serabut syaraf tak bermyelin atau pada nodus Ranvier dari serabut syaraf bermyelin.
Ujung axon dapat membentuk sinapses dengan berbagai bagian neuron lain yaitu axo-somatik, axo-dendritik, axo-axonal, dendro-dendritik, somato-dendritik, dan somato-somatik. Sinapses yang terbentuk antara sel syaraf dengan sel otot skelet disebut Junctura –neuro-muskuler.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkKBOVl_BEyrNe9xLBNeFGyQ-tXCum-Y-rTabO-6uIHXGTl3SHI3UOxZq_8slq04gC_h4VLWd6IfwnQK-80DMPLe2RHHk0zc-tbILDZMQooI_rZ0Q55U7PxwYO9YYThm1tlHEXnOabkqY/s320/Saraf+6.JPG
NEUROGLIA
Jaringan ikat tubuh membentuk rangka utama pada sebagian besar organ tubuh. Rangka jaringan ini tidak hanya bersifat sebagai penyokong tetapi juga merupakan sarana tempat komponen vaskuler menyebar ke seluruh bagian parenchim. Model hubungan yang erat dan ketergantungan merupakan sifat struktural dari sistem syaraf perifir. Hubungan semacam ini tidak menojol pada sistem syaraf pusat. Neuroglia merupakan derivat ektoderm yang merupakan epithelium yang telah mengalami modifikasi secara unik. Epithelium ini tergantung pada jaringan pengikatnya tetapi terpisah dari padanya. Sistem syaraf pusat berasal dari perkembangan 2 macam sel yaitu satu kelompok sel membentuk neuron yang berkembang membentuk bangunan geometris yang komplek dan kelompok yang lainnya berkembang diantara neuron. Kelompok sel kedua ini yang dikenel dengan neuroglia (sel glia). Neuroglia berfungsi membentuk rangka penyokong atau stroma sistem syaraf pusat. Selain itu neuroglia juga membentuk pelekat neuron yang mengikat neuron bersama-sama. Disamping sebagai penyokong juga mempunyai fungsi sebagai proteksi, penyuplai nutrisi, dan fungsi-funsi lainnya untuk integritas neuron. Neuroglia juga terdapat pada sistem syaraf perifir.
Berdasarkan ukurannya terdapat dua macam neuroglia: yaitu makroglia dan mikroglia. Yang tergolong makroglia adalah oligodendrosit, astrosis, ependima, amfisit, sel Schwann, dan sel Muler. Yang tergolong mikroglia adalah mikrogliosit. Selain berdasarkan atas bentuk ukuran sel neuroglia dapat juga digolongkan berdasarkan hubungannya dengan sistem syaraf pusat sistem syaraf perifir yaitu:
1.       Gliasentral : oligodendrogliosit, astrosit, ependima, sel Muller, dan mikrogliosit
2.       Gliaperifir: ampisit dan sel Schwann
Dengan pengecatan rutin ( HE ) badan sel dan prosessus sel dari neuroglia tidak begitu jelas terlihat. Gliaperifir madah diidentifikasi berdasarkan dengan melihat hubungannya dengan elemen sistem syaraf perifir.
Neuropil merupakan istilah untuk menggambarkan susunan mirip jala yang komplek yang terdapat pada sel-sel sistem syaraf pusat. Pada neuropil terdapat processus sel (axon dan dendrit) serta elemen neuroglia substansia grissea.
Oligodendrogliosit
Oligodendrogliosit merupakan neuroglia yang terbesar jumlahnya. Ciri-ciri spesifik : nukleus kecil, bentuk bulat atau oval, mengandung heterochromatin dalam jumlah sedang. Nukleusnya bervariasi dari besar dan pucat sampai kecil dan gelap. Secara umum, nukleusnya lebih kecil dan lebih bulat dari pada nukleus astrosit. Sitoplasmanya kurang padat, processus sedikit, sel-sel ini terjepit antara processus sel dan badan sel saraf. Juga memiliki hubungan erat dengan kapiler darah. Oligodendroliosit dapat menempati posisi perineuronal, perivaskuler, atau intervasikuler. Oligodendroliosit perineurel memiliki fungsi nutrisi. Pada otak kucing kira-kira 90% permukaan badan sel tertutup oleh sel ini.  Oligodendrogliosit berperan pada proses melenisasi processus sel di sistem saraf pusat. Fungsi ini mempengaruhi kecepatan produksi sepanjang processus sel saraf.
Astrosit
Dalam sistem saraf pusat jumlahnya no. 2 sesudah oligodendroliosit. Ada 2 macam astrosit yaitu astrosit fibrosan dan protoplasmik. Yang protoplasmik lebih kaya protoplasma dari yang lain. Astrosit fibrosa lebih banyak ditemukan pada substansialba sedang yang protoplasmik yang lebih banyak ditemukan pada substansia grisea. Keduanya memiliki nukleus besar, bulat atau oval biasanya sangat pucat. Granula chromatin halus kadang-kadang tampak menggumpal di perifer. Astrosit penting sebagai penyokong struktural pada otak dan medula spinalis. Sel ini juga berperan pada proses reparasi dan pembentukan parut pada sistem saraf pusat. Astrosit dapat mengalami hipertrodi, hiperprasi dan bersifat fogositik. Astrosit berfungsi sebagai isolator permukaan reseptor sel saraf. Secara klasik sel ini berfungsi sebagai barier/ penghalang hubungan darah dan otak.
Mikrogliosit
Terbesar di sistem saraf pusat, sitoplasma tidak padat, nukleus kecil dan gelap. Nukleus dapat bulat, punya identasi atau berbentuk tidak teratur. Processai sel banyak. Sel ini dimasukkan dalam sistem makrofag yang berasal dari promonosit sumsum tulsng nerah. Tetapi tidak semua peneliti sependapat. Mikrogliosit hanya dapat melakukan fogositosis kalau kerusakan kecil. Kalau kerusakan yang terjadi besar, maka sel fogositik bermigrasi dari vasa darah untuk membantu mikrogliosit.
Sel Muller
Sel Muller merupakan elemen neugrolia yang spesifik, terdapat pada retina mata.
Ependima
Merupakan elemen neuroglia yang membatasi canalis neuralis. Sel-sel ini membatasi canalis neuralis medulla spinalis dan keempat ventrikel yang terdapat pada otak. Lapisan ini memiliki gambaran yang menyolok pada tempat-tempat pada plexus chorioideus karena sel-sel mengalami modifikasi yang cukup jauh. Pada emberyo sel ependima berbentuk kuboid atau kolumner rendah. Sel epindema memiliki nuklei besar dan pucat, nekleoli satu atau lebih. Pada dewasa, tepi basal dipisahkan dari jaringan saraf oleh membran basalis. Pada hewan muda, modifikasi basal sangat komplekx dam processus sitoplasmatiknya dapat meluas sampai ke jaringan saraf.
Fungsi sel epindema bermacam-macam, antara lain untuk pembentukan cairan cerebro-spinal. Proses pembentukan cairan cerebrospinal tidak hanya terbatas pada sel epindima di daerah plexus choriadius tetapi terjadi juga pada daerah yang tersebar di ventrikel otak. Sel ependima yang bersilia berfungsi untuk menggerakkan cairan cerebrospinal pada sistem ventrikel otak. Ujung-ujung saraf pada lapisan ependima bersifat sensorik. Cairan cerebrospinal yang dihasilkan oleh sel ependima mungkin berperan untuk transport hormon. Tanycyt adalah sel spesifik yang terdapat pada lapisan ependima, terutama ditemukan pada dinding ventrikeltertius. Sel ini memiliki processus basal, panjang tak bercabang yang meluas ke areal subependima dan berakhir pada kapiler di area tersebut, Sel-sel ini mungkin tidak hanya berfungsi struktural, mereka mungkin berperan untuk transport dan/ atau aktivitas sekretorik. Organ subependima mungkin berperan untuk menghasilkan sel-sel pengganti neuroglia sepanjang kehidupan organisme.
Amfisit
Amfisit (sel satelit, sel kapsul) glia perifer merupakan sel neuroglia yang mengelilingi neuron ganglia. Sel-sel ini membatasi prikaryon ganglia, mungkin melanjutkan diri ke selubung Schwann. Amfisit mungkin memiliki hubungan erat dengan oligodendrogliosit.
Sel Schwann
Sel Schwann glia perifer berhubungan dengan serabut saraf. Mereka membungkus serabut dan berperan pada pembentukan myelin. Sel-sel ini mungkin memiliki hubungan erat dengan oligodendrogliosit.
Hubungan antara Neuron dan Neuroglia
Melalui perkembangannya neuron sistem saraf pusat memiliki hubungan erat dengan sel neuroglia sentral. Oligodendrogliasit membentuk hubungan unik dengan neuron yaitu dengan pembentukan selubung myelin pada processus sel saraf pada sistem saraf pusat. Processus sel saraf dan beberapa neuron (sel ganglion) terdapat pada sistem saraf perifer dan diselubungi elemen neuroglia yang memiliki hubungan dengan badan sel dan processus sel mirip seperti yang digambarkan pada sistem saraf pusat.
Struktur hubungan antara neuron dengan sel neuroglia bervariasi. Amfisit sel ganglion membentuk selubung sel tunggal diseluruh sel. Serabut saraf tak bermyelin diselubungi invaginasi plasmalemma sel Schwann. Serabut saraf bermyelin juga diselubungi oleh invaginasi sel Schwann yang membentuk selubung myelin. Selubung myelin terdiri dari lipatan-lipatan memberan.
Selubung Sel Ganglion, sel ganglion adalah sel saraf yang merupakan bagin dari sistem saraf perifer. Kumpulan badan sel saraf disebut ganglia. Badan sel dibungkus oleh satu lapisan sel disebut amfisit. Meskipun amfisit biasanya berupa selubung kontinyu ganglion seperti pada ganglian radix dorsalis, pada ganglian autonom dapat tidak lengkap. Selubung tidak terbatas pada badan sel tetapi dapat meluas ke bagian dendrit maupun bagian segmen permulaan axon. Amfisit berakhir pada saat sel Schwann mulai muncul.
Serabut Saraf Tak Bermyelin. Sel Schann membentuk selubung processus sel saraf. Serabut Saraf Tak Bermyelin atau serabut Remak, merupakan serabut kecil yang tak bermyelin atau hanya diselubungi satu lapisan myelin. Serabut-serabut itu diselubungi oleh invaginasi memanjang sel Schwann. Tetapi serabut tersebut tidak di dalam sitoplasma, tetapi hanya dibungkus oleh plasmalemma sel Schwann. Selubung semacam itu disebut selubung Schwann atau selubung neurolemma. Sel Schwann di sebut juga sel neurolemma. Plasmalemma sel Schwann yang membungkus axis silinder disebut mesaxon. Sebuah sel Schwann dapat membentuk selubung untuk banyak serabut saraf. Karena sebuah sel Schwann hanya dapat membentuk selubung serabut pada jarak yang terbatas, maka selubung neorolemma terbentuk dari deretan sel Schwann yang tersambung-sambung. Lamina basalis yang terletak di perifer selubung neurolemma, membungkus sel Schwann dan memisahkannya dari ruang jaringan pengikat.
Fungsi sel Schwann disini yang tepat belun jelas. Tetapi mungkin untuk proses reparasi. Serabut saraf tak bermyelin berukuran kecil, kecepatan konduksi kecil.
Serabut Saraf Bermyelin
Ini merupakan serabut saraf yang paling besar dan memiliki kecepatan konduksi yang tertinggi. Fungsi myelin disini sama dengan isolator pada kabel listrik. Oligodendrogliosit dan sel Schwann bertanggung jawab untuk pembentukan myelin. Meskipun cara dan produk akhir sedikit berbeda, tetapi hasil akhir menunjukan bahwa serabut saraf dibungkus selubung myelin.
Axis silinder atau processus sel saraf memiliki axio plasma dan dibatasi oleh membran sel, disebut axolemma. Ruangan dekat axis slinder terisi dengan selubung myelin. Pada pengecatan rutin, hilangnya lipida akan mengubah gambaran gulungan membran. Yang tertinggal hanyalah komponen nonlipida selubung myelin disebut neurokeratin, tampak sebagai jari-jari roda. Di perifer neurokeratin terdapat sel Schwann. Sel memiliki nukleus besar, vesikula dengan gumpalan chromatin di perifer. Sitoplasma sel Schwann yang membatasi myelin disebut neurolemma atau selubung Schwann.
Sebuah sel Schwann tidak menyelubungi seluruh panjang serabut saraf, tetapi sebuah serabut saraf diselubungi oleh sel-sel Schwann yang bersambung-sambung. Tempat persambungan ini disebut nodus Ranvier . Nodus ini tampak sebagai bagian yang menyempit yang tidak memiliki myelin, tetapi processus sel Schwann tetap menyelubungi axolemma. Axis silinder sendiri tidak pernah terputus di rodus.
Gambaran elektron mikroskopik lebih menjelaskan hubungan antara selubung myelin, axis silinder dan elemen neuroglia . Selubung myelin terbentuk dari gulungan kontinyu yang dibentuk oleh processus sitoplasmatik sel neuroglia. Mesaxon internal dibentuk oleh processus sel Schwann yang berhadapan dengan processus sel saraf. Mesaxon internal merupakan gambaran yang sama terletak disebelah perifer myelin. Sebelah luar selubung myelin terbungkus sitoplasma sel Schwann yang berperan pada proses myelinisasi. Sebuah lamina basalis membatasi sel Schwann dan memisahkannya dari jaringan pengikat disekitarnya.
Myelinasi
Proses myelinasi serabut saraf dari sistem saraf perifer merupakan akibat dari hubungan yang erat antara serabut saraf dan sel Schwann. Myelinasi pada serabut saraf sistem saraf pust terjadi karena adanya hubungan erat antara serabut saraf dan oligodendrogliasit.
Banyak serabut saraf tak bermyelin diselubungi oleh sebuah sel Schwann. Pada proses myelinasi pada saraf perifer maka sebuah serabut saraf mengisi invaginasi sepanjang sel Schwann. Suatu penjuluran berbentuk mirip lidah dari sel Schwann membungkus mengelilingi axis silinder. Selanjutnya sitoplasma dari penjuluran menghilang, sehingga membran plasma menjadi saling berdekatan. Derajad myelinasi atau tebalnya selubung myelin tergantung pada banyaknya putaran selama terjadi proses myelinasi. Sebuah sel Schwann bertanggung jawab pada proses myelinasi serabut saraf antara sebuah nodus Ranvier dengan berikutnya.
Ada sedikit perbedaan antara proses myelinasi di perifer dan di sentral. Jaringan pengikat tidak banyak ditemukan di sistim saraf pusat. Serabut saraf bermyelin yang berdekatan tidak dibatasi dengan lamina basalis. Badan sel oligodendrogliasit dapat membentuk selubung myelin tetapi berhubungan dengan myelin melalui processus sel. Sebuah oligodendrogliasit dapat membentuk selubung untuk lebih dari 1 sel saraf, maupun menyelubungi lebih dari satu daerah internodal.
Sel neuroglia penting untuk memelihara integritas selubung myelin di samping untuk proses remyelinasi setelah terjadi demyelinasi setelah serangan penyakit atau akibat kerusakan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpAcpNCCW-L904pZCbT4vAT0ZfCl_8YX4SdZ99zJAnM47mgkyU7CNq-SsUN6ouqmhY3cetrHd8vhucdndhCJBLvY9BSvzelM6QR08uyCxUKIq4FTMJ1XIxRT7jrE9dCQbcaVDxy7Eu3m8/s320/Saraf+7.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFl-6aLtoNhh45DW4N2PzUmsGwEGaI2tXuArqRwtc74JhXdQCB1cnjgd-f2VOtmip8H3mNYtPuHEU0KRzL665DPGQ2wXrVfcLmQEJUSIBDcrfQb7YFe7oW55uKb7E-FwEjb6cJZdtV0Yc/s320/Saraf+8.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8t9C6sbeEt2LIPElGGjh3_9s4-e6DMLhNub0IpcghqZMDKF0v59Sc1-E4d42KDFopTFia_I-Ma9rtjadYOwx2b6W_ISBws7NXJdaJHZSS8UYMYXrq0PV9urf0KVQDNY5t-kaqXo5HKvc/s320/Saraf+10.JPG           https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK7vVEvDPcS83WTryv3BYO5IMVBWl8PR8nMfhTvv8RD23IUor7ZlChFNYztr6vBRGjhNQmbYAzWJASezsQnTT2O-QPJQTPDF4yJGWNe5IqENHM12sb8VHJS6_SsH2jc9Eoe8SAZd4BnxU/s320/Saraf+9.JPG